Dinsos dan Dinkes Kota Batu Data Rumah Kalimah

Batu, SERU.co.id – Pemkot Batu bakal mengutus Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan memantau kondisi rumah Nenek Kalimah. Hal itu dijelaskan oleh Wakil Walikota Batu Punjul Santoso usai mendengar jika rumah tersebut tidak dilengkapi dengan tempat mandi cuci kakus (MCK).

Apalagi keluarga Kalimah harus menempuh jarak 100 meter menuju sungai terdekat. Yang miris, jika hujan mereka kesulitan karena jalan licin, belum lagi jika arus sungai deras membahayakan mereka. “Dinsos dan dinkes saya tunjuk supaya segera memantau rumah. Apakah layak dan sehat, supaya segera didata agar masuk rencana bedah rumah dan pembangunan MCK,” tutur Punjul, Senin (3/2/2020).

Maksud peninjauan tersebut, dinas sosial supaya melakukan identifikasi. Karena tahun 2020, pemkot menganggarkan Rp 1,5 miliar untuk program bedah rumah tidak layak huni (RTLH) warga prasejahtera sebanyak 50 rumah. Rencananya tiap rumah bakal mendapatkan Rp 30 juta. “Dinsos yang menyalurkan bantuan bedah rumah, Dinkes yang membangun jamban/MCK,” tegasnya.

Apalagi Kota Batu sudah mengukuhkan dirinya sebagai Open Defecation Free (ODF) yang berarti tidak ada lagi masyarakat yang membuang air besar sembarangan terutama di sungai.

Tapi, Kasi Kesra Desa Junrejo, Mamek Suryadi membeberkan, jika pernah dinkes melakukan survei dan berjanji akan membangun MCK dari Dinkes. Sayangnya hal itu tidak teralisasi hingga sekarang. “Beberapa tahun lalu sudah disurvei, lalu awal tahun 2019 dinkes kembali mensurvei. Tapi tidak ada realisasi. Padahal dulu kami (pemdes) ingin bantu jambanisasi di rumah Bu Kalimah. Karena takut benturan kami tidak jadi,” jelasnya.

Beberapa waktu lalu, Supendi keponakan Kalimah membenarkan hal itu. Jika ingin mencuci atau mandi, bahkan buang air besar harus pergi ke sungai. Sungai berada di depan rumah yang jaraknya sekitar 100 meter. Untuk status tanah tersebut diakui milik Kalimah. Buktinya sekarang ia mengikuti program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) Desa Junrejo. “Kalau status milik Bu Kalimah, kami nempati sudah 20 tahunan di sini,” tegas pria yang menderita gagal ginjal ini.

Terkait survei pun Supendi membenarkan,
pernah ada survei tapi tidak ada tindak lanjut. Kala itu perwakilan dinkes juga sudah bersama pihak ketiga yang akan membangun. “Tapi tidak teralisasi, gak tau gimana tidak ada kabar lagi. Ya hanya bisa menerima, mau bangun sendiri gak ada biaya,” keluh Supendi. (rka/rhd)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *