Atoh mengaku, dirinya banyak mengasah ilmu secara langsung kepada para seniman-seniman dan rajin mengkloning dari majalah maupun surat kabar. Setelah sekian lama di Bali, Atoh kemudian balik ke Malang untuk membuka usaha Airbrush sendiri.
Meskipun berbeda dari yang lainnya, genre horor yang mulai terinspirasi dari film-film horer, karya-karyanya itulah menghantarknaya hingga saat ini.
“Zaman itu saya sering melihat film horor yang saya senangi, dengan gambar-gambar yang menurut saya sangat bernilai seni. Ternyata juga ada lukisan sejenis yang saya geluti masuk pameran di Banjarmasin, barulah saya tahu karya seperti ini bisa dihargai,” Jelasnya.
Namun perjalanan karirnya tidak semulua karyanya. Rekan-rekanya mulai memasarkan lukisannya di media sosial instagram, namum belun juga ada hasil. Istrinya juga sempat menentang karena karya nya masih belum menghasilkan meskipun urusan dapur harus terus ngebul.
“Gambar saya juga sempat dibuang oleh istri, pas mau dibeli bingung sudah tidak ada. Saya gambar di kertas ukuran A3 sampai sekarang,” tambahnya.
Hingga tahun 2016, titik terang mulai menghampirinya. Brand Oyisam asal Malang yang pertama membeli. Dirinya melepas hasil karyanya sebesar Rp250 ribu. Tak hanya itu kerjakerasnya juga semakin didukung sang istri tercinta.
Sementara untuk pewarnaan secara digital, dia dibantu sang adik. Di tahun 2017, karyanya mulai dikenal hingga manca negara. Salah satu brand Clothing asal Amerika yang memesan pertama pada Atoh.
Dia mengaku, awalnya bingung berapa harga yang harus dipatok. Hingga meminta saran ke rekan seprofesi di komunitas Penahotamart Malang. Kemudian dia tawaran harga 300 dolar. Setelah itu, keran pasar dunia mulai terbuka. Beberapa orang dari mancanegara membeli karyanya.