Kota Malang, SERU – Memperingati Hari Pahlawan, ratusan siswa SDN Purwantoro 2 Kota Malang kelas 4-6 menggelar teaterikal perjuangan peristiwa penyobekan bendera Belanda menjadi bendera Merah Putih, di sepanjang jalan Cipunegara, Kota Malang, Senin (11/11/2019) pagi, usai upacara bendera.
Digambarkan melalui alur cerita, aktifitas pagi itu rakyat berkumpul, bercengkrama, jual-beli, anak-anak bermain, dan lainnya seperti biasanya, usai dinyatakan merdeka. Mendengarkan radio merupakan informasi penting saat itu. Saat itu, Bung Tomo memberikan maklumat bendera nasional Sang Saka Merah Putih dikibarkan terus di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Surabaya

Namun sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan Mr. WVCh Ploegman mengibarkan bendera Belanda (Merah Putih Biru) di Hotel Yamato, Surabaya. Para pemuda Surabaya marah karena menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia. Sehingga mereka berusaha mengembalikan dan mengibarkan ikon kemerdekaan Indonesia, Merah Putih.
Perang pertama kali usai kemerdekaan, akhirnya pecah. Dengan segala persenjataan yang dimiliki, rakyat dan pejuang bersatu melawan Belanda. Meski kalah senjata dan banyak jatuh korban, dengan senjata bambu runcing dan lainnya, rakyat Indonesia berhasil mengalahkan para penjajah.

Mengukuhkan diri berhasil memenangkan pertempuran, rakyat menandai dengan penyobekan bendera Belanda (Merah Putih Biru) di Hotel Yamato, menjadi Merah Putih dengan membuang warna Biru. Sayangnya, tak mudah dalam penyobekan bendera tersebut. Lantaran usai menyobek, pejuang tertembak oleh peluru penjajah.

Menurut Dita, sapaan akrabnya, setiap minggunya PPST melaksanakan latihan rutin dua kali seminggu untuk bidang tari, musik, gamelan, dan teater. Sementara untuk persiapan pertunjukan kolosal berdurasi sekitar 21 menit ini, mereka latihan hanya 3 minggu seperti jadwal biasanya. “Teatrikal ini sekaligus wadah apresiasi siswa yang tergabung dalam PPST. Siswa lainnya kami himbau mengenakan baju pahlawan, agar bisa sama-sama merasakan suasananya, meski hingga sebatas upacara,” tandas Dita.
“Senang kebagian peran menyobek bendera. Tidak ada kesulitan, karena sudah biasa latihan 1 jam seminggu dua kali,” jelas M. Dika, siswa kelas 4 yang berperan sebagai Ade si pembawa radio.

Pengawas SDN Purwantoro 2, Zainullah, mengatakan pertunjukan tadi menggambarkan perlawanan pejuang terhadap penjajah yang ingin kembali menjajah Indonesia setelah merdeka. “Dalam pertunjukan tadi mengajarkan pengembangan karakter, dengan lima esensi yakni leaderitas, agresivitas, kemandirian, gotongroyong, dan integritas. Ada banyak mata pelajaran PPKN, bahasa Indonesia, dan pendidikan karakter yang dikemas dalam teatrikal peristiwa 10 November ini,” jelas Zainullah. (rhd)
Koreksi yg disampaikan P Zainullah bukan leaderitas, agresivitas tetapi religius, nasionalis, kemandirian, gotong-royong, dan integritas