Mengharukan, Dua Dokter UB Gabung Misi Kemanusiaan ke Gaza dengan Diridhai Keluarga

Mengharukan, Dua Dokter UB Gabung Misi Kemanusiaan ke Gaza dengan Diridhai Keluarga
Dua dokter UB menyatakan, sudah mengantongi restu keluarga untuk menjalankan misi kemanusiaan ke Gaza. (bas)

Malang, SERU.co.id – Kisah mengharukan datang dari tekad dua dokter UB (Universitas Brawijaya). Mereka sudah diridhai keluarga untuk bergabung dalam misi kemanusiaan ke Gaza dan tidak takut gugur sewaktu-waktu.

Dr dr Mohammad Kuntadi Syamsul Hidayat MKesMMR SpOT mengungkapkan, situasi di Palestina memang tidak baik-baik saja. Namun, ia meyakini sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain.

Bacaan Lainnya

“Saudara-saudara kita di Palestina yang sangat membutuhkan kita saat ini. Sehingga momen ini menjadi momen yang tepat bagi kami untuk membantu saudara kita di sana,” seru Kuntadi, Jumat (4/7/2025).

Kuntadi menegaskan, dirinya berusaha menjadi orang yang bisa memberikan pelayanan terbaik untuk sesama. Keberaniannya berangkat ke Gaza bahkan sudah mendapatkan persetujuan dan keikhlasan dari keluarga.

“Alhamdulillah, tidak ada yang keberatan. Istri dan anak-anak saya sangat mendukung misi kemanusiaan ini,” ungkapnya.

Dukungan itu itu tidak lepas dari nilai-nilai kemanusiaan dan kepedulian yang sudah ditanamkan dalam keluarga. Langkah yang diambilnya dianggap sebagai tindakan yang sudah seharusnya dilakukan, bahkan jika gugur sewaktu-waktu di lapangan.

“Kematian itu sudah jelas ditentukan sebelum kita lahir. Jadi tidak perlu takut mati, semuanya sudah diatur kapan, di mana dan dengan cara apa,” tegasnya.

Menurutnya, jika Tuhan menghendaki kematian maka sudah menjadi takdir. Namun jika dikehendaki selamat, ia berharap bisa kembali ke rumah bertemu keluarga dengan selamat.

“Persiapan kami, niatnya ikhlas dan mendekatkan diri pada Allah, supaya kami berdua tetap pada niat ikhlas. Tidak terganggu dengan pemberitaan yang macam-macam dan siap menghadapi segala tantangan,” jelasnya.

Pria yang pernah bergabung sebagai relawan gempa di Nepal itu menerangkan, ia akan menjalankan dokter spesialis. Banyak korban perang di Gaza yang mengalami luka tulang akibat ledakan bom dan peluru.

“Makanya yang kami bawa itu bone graft, karena luka di luar itu kelihatannya kecil tapi di dalamnya besar. Jadi kalau ada tulang yang terkena biasanya ada tulang yang hilang, sehingga perlu penyembuhan cepat dengan memberikan cangkok tulang,” bebernya.

Senada, Dr dr Ristiawan Muji Laksono, SpAn-TI SubspMN(K) FIPP menuturkan, restu dari keluarga sudah didapatkan sebelum berangkat ke Gaza.

“Alhamdulillah, keluarga saya juga mendukung. Saya merasa terpanggil untuk misi ini, karena ada peluang bagi kemanusiaan,” ucapnya.

Ristiawan mengatakan, ia memiliki keahlian sebagai dokter anestesi. Menurutnya, di medan perang pasti banyak korban berjatuhan yang membutuhkan penanganan di kamar operasi baik UGD maupun ICU.

“Kami mendapatkan informasi kalau stok obat-obatan di sana menipis. Sehingga blok-blok saraf untuk tindakan operasi sangat diperlukan,” terangnya.

Untuk tindakan tersebut, ia akan memakai jarum-jarum anestesi bantuan para donatur. Tindakan itu berguna, agar penggunaan obat efisien dan tidak banyak pembiusan saat operasi.

“Mudah-mudahan kehadiran kami disana meringankan beban pasien dan meringankan tugas para dokter. Saya bersyukur, niat ikhtiar kami juga mendapatkan dukungan penuh dari UB,” kata Ristiawan.

Dukungan tersebut dalam bentuk dukungan biaya transportasi, logistik dan lain-lain. Sementara, di Jakarta hingga penerbangan di Yordania juga akan dibantu oleh BSMI.

“Lembaga Rahmah World Wide turut membantu kami berupa alat-alat medis saat tiba di Yordania. Mereka kemudian membantu kami untuk masuk ke Gaza,” pungkasnya.

Terakhir, dua dokter UB itu memohon doa kepada semua pihak, agar perjalanan misi kemanusiaan diberi kelancaran. Terlebih saat menghadapi tantangan berupa penyortiran alat-alat bantuan dari Indonesia oleh tentara Israel. (bas/ono)

 

disclaimer

Pos terkait