Pro Kontra Study Tour SMAN 6 Depok, Gubernur Jawa Barat Pecat Kepala Sekolah

SMAN 6 Depok. (ist/ Situs @Sekolah Kita) - Pro Kontra Study Tour SMAN 6 Depok, Gubernur Jawa Barat Pecat Kepala Sekolah
SMAN 6 Depok. (ist/ Situs @Sekolah Kita)

Depok, SERU.co.id – Keputusan Kepala Sekolah SMAN 6 Depok memberangkatkan 347 siswa untuk study tour ke Jawa Timur berujung pemecatan. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi langsung mencopot kepala sekolah tersebut pada hari pertamanya menjabat, Kamis (20/2/2025). Namun, pihak SMAN 6 Depok menyebut perjalanan ke Surabaya dan Malang memiliki nilai akademik dan budaya, ditambah banyak siswa berminat melanjutkan studi di sana.

Langkah tegas ini diambil setelah rombongan siswa SMAN 6 Depok tetap berangkat ke Surabaya, Malang dan Bali untuk Kunjungan Objek Belajar (KOB) selama delapan hari, Senin-Senin (17-24/2/2025). Padahal, Dedi telah mengimbau, agar perjalanan itu dibatalkan melalui akun Instagram pribadinya, Sabtu (15/2/2025).

Bacaan Lainnya

“Saya langsung kerja hari ini. Sudah ada keputusan penonaktifan Kepala SMA Negeri 6 Depok karena melanggar surat edaran gubernur yang melarang perjalanan ke luar provinsi,” seru Dedi di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Polemik berlanjut ketika Dedi memerintahkan Inspektorat untuk memeriksa kemungkinan adanya pungutan liar terkait perjalanan tersebut. Dedi menyoroti, biaya yang dibebankan ke orang tua siswa, yakni sekitar Rp3,5 juta per siswa. Bahkan bisa membengkak hingga Rp5,5 juta jika ditambah uang saku.

Dedi sendiri menegaskan, makna study tour bisa diwujudkan tanpa harus keluar provinsi. Ia mencontohkan isu sampah di Depok yang bisa menjadi bahan kajian siswa dengan pendekatan reduce, reuse, recycle, dan replace (R4).

Sementara itu, Humas SMAN 6 Depok, Syahri Ramadhan membantah, tuduhan pungutan liar dan membela keputusan sekolah memberangkatkan siswa. Ia menyebut, imbauan Dedi baru disampaikan dua hari sebelum keberangkatan, sehingga sulit membatalkan perjalanan yang sudah direncanakan sejak akhir 2024.

“Imbauan itu muncul Sabtu, Senin kami berangkat. Kami langsung rapat darurat dengan komite dan orang tua. Keputusan diambil bersama untuk tetap berangkat,” jelas Syahri.

Syahri menambahkan, perjalanan ini memiliki nilai akademik dan budaya. Siswa mengunjungi empat perguruan tinggi di Surabaya dan Malang. Bahkan tinggal bersama warga di Desa Kungkuk, Batu, untuk belajar bertani dan beternak. Bali menjadi destinasi penutup sebagai wisata budaya.

“Kami memilih Jawa Timur karena banyak siswa berminat melanjutkan studi di sana. MoU sudah dibuat dengan beberapa universitas,” ungkap Syahri.

Soal biaya, Syahri menyebut, Rp3,8 juta sudah mencakup semua kebutuhan. Termasuk transportasi, akomodasi, makan dan kegiatan. Tidak ada kewajiban membawa uang saku.

“Jika ada yang tidak bawa uang saku pun tetap bisa mengikuti semua kegiatan,” tegasnya.

Syahri juga mengungkapkan, adanya subsidi silang. Dimana orang tua siswa yang mampu membantu siswa kurang mampu. Sebanyak 37 siswa mendapat bantuan biaya agar bisa ikut. (aan/mzm)

disclaimer

Pos terkait