Kampoeng Djowo Obati Kerinduan Masakan Rumahan Jaman Dulu

Pemilik rumah makan Kampuoeng Djowo, Muhammad Naim. (wul) - Kampoeng Djowo Obati Kerinduan Masakan Rumahan Jaman Dulu
Pemilik rumah makan Kampuoeng Djowo, Muhammad Naim. (wul)

Untuk kedepan, lahan yang memiliki luas kurang lebih dua hektar itu bakal juga dibangun aneka wisata edukasi, diantaranya seperti pemancingan lele, pemancingan belut, menanam padi dan petik sayur. Sedangkn untuk fasilitas bermain mereka menyediakan playgrond, outbound, kolam renang dan mobil ATV mini untuk berkeliling di area Kampoeng Djowo itu.

Bacaan Lainnya

Untuk makanan yang mereka sediakan, juga mempunyai konsep yang cukup unik, dimana semua lauk, sayur dan juga bisa disuguhkan secara prasmanan dengan menggunakan wajan. Sehingga para pengunjung dapat memilih dan mengambil sendiri mengunakan rantang susun seperti akan mengirim makanan ke sawah.

Baca juga: Warung Bang Saleh Sudah 50 Tahun Jadi Jujugan Pecinta Sate dan Gule

Setidaknya ada 25 menu makan tradisional dengan bahan baku sederhana pedesaan yang mereka hidangkan, seperti sayur rebung, sayur onthong (jantung pisang) , sayur nangka muda, tumis pepaya muda, tumis dau pepaya dan lain sebagainya. Kemudian untuk lauk ada bebek, ayam, babat yang serba digoreng dan masih banyak lainnya.

Proses pengolahan juga masih menggunakan metode tradisional, dengan cara dimasak di atas tungku mengunakan kayu bakar. Dimana para pengunjung bisa melihat secara langsung proses memasaknya.

“Menunya yang spesial ayam bakar ingkung mbak, ingkung kalau biasanya kita makan ingkung banyakan di desa bisa rebutan, sama kalau pas kenduri dan sebagainya. Selain ingkung banyak juga sih, ada ayam kampung, ayam lodoh,” terangnaya.

Untuk harganya juga bervariasi, mulai dari Rp2 ribu untuk aneka gorengan, kemudian Rp7 ribu aneka bothok, pepes hingga Rp150 ribu untuk satu ingkung ayam kampung utuh, lengkap dengan urap, sambal, tempe goreng dan lalap.

Mengingat umur dari Kampoeng Djowo ini masih dini, sehingga belum banyak pengunjung yang tahu. Naim berharap, agar usahanya itu bisa dikenal oleh masyarakat luas.

Baca juga: Sudah 80 Tahun, Soto Pojok Gunung Kawi Masih Tetap Jadi Idola

Untuk itu, dirinya dengan teguh terus meningkatkan dan mempertahankan kualitas olahan makanan yang dirinya jual. Serta, pelayanan kepada masyarakat sehingga bisa menciptakan rasa nyaman. Dari itu dirinya yakin, gethok tular akan banyak mengundang pengunjung datang.

“Terutama kita tetap mengandalkan Sosmed (sosial media), yang kedua dengan kita memberikan pelayanan terbaik dari kita. Harapannya mereka bisa gethok tular, itu yang paling banyak,” tuturnya. (wul/mzm)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *