Singhasari dalam Bingkai Foto, Kolaborasi Edukasi Sejarah dan Workshop Fotografi

Sesi pemotretan reka ulang peristiwa di Kerajaan Tumapel yang diperankan model. (ist) - Singhasari dalam Bingkai Foto, Kolaborasi Edukasi Sejarah dan Workshop Fotografi
Sesi pemotretan reka ulang peristiwa di Kerajaan Tumapel yang diperankan model. (ist)

Malang, SERU.co.id – Fotografi dan sejarah bisa menjadi satu sinergi dan menjadi media pembelajaran baru agar stigma belajar sejarah melalui pendidikan formal yang dianggap membosankan bisa berubah. Dengan mengkolaborasikan sejarah dan fotografi, cara ini mampu menarik minat generasi yang lebih muda serta dapat menjadi media pembelajaran sejarah. Pegiat fotografi dan sejarah di Malang menggelar sebuah kegiatan yakni Singhasari dalam Bingkai Foto II, yang berlangsung 26-27 November 2022.

Ketua Panitia Singhasari dalam Bingkai Foto (SDBF) II, Fajar Rasyidi Hidayat mengatakan, dirinya menginisiasi kegiatan SDBF yaitu reka ulang foto pendirian Kerajaan Tumapel (Singhasarı). Salah satu tujuannya yakni untuk melestarikan budaya dan sejarah yang ada di Kabupaten Malang. Hasilnya akan terpajang di museum dan tempat-tempat lain yang memberikan dukungan terhadap pelaksanaan kegiatan.

Baca Juga

“Event ini didukung penuh oleh Kemdikbudristekdikti, Dana Indonesiana, dan IPDP,” serunya.

Peserta Singhasari dalam Bingkai Foto II. (ist) - Singhasari dalam Bingkai Foto, Kolaborasi Edukasi Sejarah dan Workshop Fotografi
Peserta Singhasari dalam Bingkai Foto II. (ist)

Fajar, sapaan akrabnya mengatakan, SDBF bagian II kali ini mengambil tema “Reka Ulang Adegan Perebutan Tahta Kerajaan”. Adapun pelaksanaan event ini membahas tentang jalan cerita dalam keluarga tokoh Ken Arok beserta Ken Dedes dan anak turunan mereka yang penuh dengan intrik serta pesan moral. Hingga pada akhimya pertumpahan darah tidak bisa dihentikan tentang siapa yang berhak mewarisi tahta dari kerajaan Singhasari.

Lebih lanjut dijelaskan, sebelum sesi pemotretan, dilakukan kegiatan workshop yang dilaksanakan di Museum Singhasari oleh beberapa ahli sejarah, budaya, dan fotografi. Arkeolog dan sejarawan dari Universitas Negeri Malang, Dr. Blasius Suprapta M. Hum menyampaikan materi tentang “Ketahanan Budaya di Era Global”. Dilanjutkan dengan penyampaikan materi oleh Kepala Museum Singhasari, Yossy Indra, dengan materi “Peran Museum sebagai Sarana Pengenalan, Pembelajaran Budaya, dan Sejarah untuk Pembentukan Karakter”.

Kegiatan diakhiri dengan workshop fotografí yang disampaikan oleh praktisi fotograti, Andika Oky Arisandi dilanjutkan dengan sesi pemotretan di Stupa Sumberawan oleh 50 peserta yang datang dari berbagai kalangan pecinta fotografi mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga kalangan umum.

Rencananya, acara masih berlanjut di tahap kedua yang dilaksanakan pada 12-16 Desember 2022. Kegiatan kali ini merupakan pameran hasil karya dari para peserta SDBF II. Karya para peserta akan di pamerkan di Museum Slnghasari selama periode waktu tersebut. (dik/mzm)


Baca juga:

Berita Terkait