Malang, SERU.co.id – Beredar kabar dari sosial media dengan judul ‘BMKG Beri Peringatan Akan Ada Gempa Besar 8,7 SM dan Gelombang Setinggi 30 M’. Kabar tersebut diklarifikasi oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), berita tersebut hanya sebagai mitigasi bencana.
Kepala BMKG Stasiun Karangkates, Ma’muri dikonfirmasi melalui pesan singkat mengatakan, kabar bakal adanya gempa berkekuatan 8,7 SM (Skala Magnitudo) oleh peneliti hanya sebatas prediksi. Bisa jadi tidak, bisa jadi kemungkinan terburuk benar adanya, namun tidak tahu kapan.
“Kenapa para peneliti menyampaikan itu, sebenarnya tujuannya lebih untuk mitigasi, terutama kepada pemerintah daerah dan masyarakatnya. Sekali lagi itu bukan prediksi, tapi potensi bisa iya bisa tidak,” seru Ma’muri, Kamis (3/6/2021).
Pihaknya mengatakan, perkiraan yang disampaikan oleh BMKG adalah potensi dari beberapa kejadian beberapa bulan terakhir. Sehingga menjadikan masyarakat lebih waspada dan untuk edukasi bersama.
“Kita tinggal di negara atau daerah yang rawan akan kejadian bencana gempa bumi atau tsunami,” ungkapnya.
SERU.co.id mencatat, selama dua bulan terakhir, sudah terjadi gempa bumi sebanyak dua kali yang paling parah dirasakan. Bahkan memakan korban jiwa dan materi dengan kerusakan ratusan bangunan.
Pertama, hari Minggu (11/5/2021) pusat gempa berada di laut 80 km barat daya Kab. Malang dengan kekuatan 5.5 Skala Richter (SR). Kemudian pada hari Jum’at (21/5/2021) di Kabupaten Blitar berkekuatan magnitude 5.9 SR. Selain itu, disusul gempa susulan yang relatif lemah.
Ma’muri menghimbau, prediksi tersebut jangan menjadikan ketakutan yang berlebihan. Namun belajar dengan alam, kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam, baik gempa bumi maupun tsunami bagi masyarakat pesisir pantai selatan.
“Kita belajar dari beberapa kejadian..Terkait kesiapsiagaan kita untuk mengadapi beberapa potensi tersebut,” pungkas Ma’muri.
Dikutip dari laman BMKG www.bmkg.go.id, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai antisipasi sebelum terjadi gempa bumi. Yaitu mengenali apa itu yang disebut gempa bumi. Mengenali juga kondisi tempat tinggal sekaligus tempat bekerja.
Kemudian mengecek kembali perabotan dan kondisi bangunan rumah, karena kebanyakan korban tertimpa material bangunan pasca gempa bumi terjadi. Terakhir menyediakan kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di rumah. (jaz/rhd)
Baca juga:
- Seluruh Jemaah Haji Indonesia Tiba di Makkah, Siap Jalani Wakuf di Arafah
- Satu WNI Meninggal di Gurun Makkah, Dua Lainnya Diselamatkan Usai Coba Masuk Secara Ilegal
- 541 Atlet KONI Kota Batu Lolos Mengikuti Porprov IX Jatim 2025
- KONI Batu Bakar Semangat Tanding Atlet Lewat Character Building
- Pemkot Malang Tak Kuasa Hadapi Alih Fungsi Lahan Pertanian Terdesak Perumahan