ITN Malang Juara 3 dan 4 Kompetisi Desain Tahan Gempa

Konsep desain tahan gempa tim dari ITN Malang. (ist) - ITN Malang Juara 3 dan 4 Kompetisi Desain Tahan Gempa
Konsep desain tahan gempa tim dari ITN Malang. (ist)

Malang, SERU.co.id – Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang mengirimkan dua tim di ajang Kompetisi Earthquake Resistant Design Competition (ERDC) 2021 (Kompetisi Desain Tahan Gempa) di UK Petra Surabaya.
Keduanya meraih juara tiga dan nominasi empat di masing-masing kategori yang dilombakan.

Ketua Tim Exo, Fellix Christovel menuturkan, ada beberapa tahapan dalam ERDC, mulai seleksi proposal di awal bulan Januari 2021. Total ada 46 tim ERDC dikerucutkan menjadi 15 tim dan terakhir diambil 3 tim sebagai juara.

Bacaan Lainnya

“Setelah membuat maket atau prototype dengan menggunakan kayu balsa yang sudah disediakan oleh panitia. Kemudian dilanjutkan pengujian prototype dan presentasi,” seru Fellix Christovel.

Maket atau prototype menggunakan kayu balsa. (ist) - ITN Malang Juara 3 dan 4 Kompetisi Desain Tahan Gempa
Maket atau prototype menggunakan kayu balsa. (ist)

Selanjutnya, peserta kompetisi diajak untuk berfikir secara inovatif dengan membuat desain bangunan bertingkat tahan gempa yang efektif. Serta kuat menahan beban lateral gempa bumi. Prototype dengan bangunan berlantai 11 dari kayu balsa.

“Bangunan tersebut kemudian diuji dengan shaking table (mesin penggetaran),” kata Fellix, sapaan akrabnya.

Tim Exo (juara 3) terdiri dari Fellix Christovel S, Riska Nanda Sintya Dewi dan Nur Yani, Sementara untuk Tim Spectra (juara 4) terdiri dari Rexi Bara, Yuda Arya Pangestu dan Vandrew Prananda Manginten.

Diketahui, enam mahasiswa mengungguli total 46 tim ERDC dari berbagai universitas di Indonesia. ERDC 2021 merupakan kompetisi nasional tahunan bagian dari kegiatan Petra Civil Expo (PCE) 2021 Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil UK Petra. Bertajuk ‘Overcome the Certain Uncertainty’.

PCE merupakan kompetisi skala nasional menghadirkan tiga kategori, yakni Lomba Kuat Tekan Beton (LKTB), ERDC (Kompetisi Desain Tahan) dan Bridge Competition (Kompetisi Jembatan). Kampus Biru mengirimkan 10 tim yang tersebar di tiga kategori kompetisi tersebut. Tiga tim dalam kategori Kompetisi Desain Tahan Gempa.

Pihaknya mengatakan, Exo sendiri dalam desain bangunan tahan gempa menetapkan sistem bracing. Bracing merupakan pengikat pada struktur atap baja ringan. Sistem ini digunakan untuk menahan gaya vertikal beban gravitasi dan gaya horizontal beban gempa. Alhasil, dapat mencegah goyangan berlebihan pada struktur bangunan.

Kemudian tim dari ITN menggabungkan tiga jenis bracing, cross braced, inverted V-braced, diagonal braced. Lumrahnya di lapangan penggunaan memakai satu brancing, kemudian diaplikasikan menggunakan kayu balsa.

“Kayu lebih bisa menerima energi gaya gempa yang sangat baik dari pada beton dan baja,” ungkapnya.

Masih menurut Felix, desain bangunan Tim Exo memakai ETABS (Extended Three Analysis Building Systems) dengan metode analisa desain menggunakan konsep bracing eksentris. Sementara untuk Tim Spectra menggunakan bracing konsentris. Namun, kedua tim sama-sama menetapkan desain struktur bangunan sistem SCWB (Strong Column and Weak Beam) dalam pembuatan prototype gedung 11 lantai.

Pengujian ketahanan bangunan tahan gempa tersebut dilakukan beberapa menit. Ketika diuji dalam sebuah maket apakah memang benar kuat, atau tidak. Tim Exo dari ITN berpuas hanya di tahap pertama.

“Sayangnya tim kami (Tim Exo) harus berhenti di pengujian ke empat di menit 17.74,” jelas mahasiswa asal Balikpapan ini.

Pengujian prototype dilakukan di UK Petra dan disiarkan langsung melalui Zoom dan Youtube. Secara bergantian prototype diuji dengan frekuensi getar sebanyak empat kali pengujian. Yakni, pertama 20 detik, kedua 30 detik, ketiga 40 detik, dan ke empat juga 40 detik. Dengan masing-masing frekuensi getar: 1,5hz, 2hz, 2,5hz dan 3 hz.

Untuk meraih juara 3 dan nominasi 4 tidak serta merta didapat oleh Tim ERDC Teknik Sipil ITN Malang. Ketua Tim Spectra, Rexi Bara menuturkan, sebenarnya sudah mengukuti ajang Kompetisi ERDC UK Petra sejak tahun 2017 bersama Felix Christovel.

Keduanya bergabung menjadi satu tim, tapi tidak kunjung membuahkan hasil menjadapatkan juara. Di tahun 2021 ini mereka akhirnya berpisah dan membuat tim sendiri-sendiri, belajar, menggali dan mendapat mata kuliah tahan gempa.

“Setelah mendapat mata kuliah bangunan tahan gempa di semester 6, maka kami jadi faham konsep lomba ERDC,” papar Rexi Bara.

Lebih lanjut, pihaknya mengungkapkan, Tim Spectra dalam membuat prototype bangunan 11 lantai menggunakan sistem SCWB (Strong Column and Weak Beam). Desain tersebut memakai prinsip, bangunan dari bawah keatas semakin ringan untuk mengurangi beban bangunan.

Tim Spectra berhasil dalam uji coba, gedung yang dibangun tinggi dengan ada strong colom. Colomnya kuat dan baloknya lemah membuat tidak ada getaran sampai empat kali. Keberhasilan tersebut masih ada evaluasi, karena ada kekurangan dalam penyampaian.

“Alhamdulillah Tim Spectra bisa urutan ke empat, kami masih ada kekurangan dipresentasi,” tandas Rexi. (ws1/rhd)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait