Jakarta, SERU.co.id – Hubungan dagang antara Amerika Serikat dan negara-negara BRICS mulai memanas. Presiden AS Donald Trump mengecam keras pernyataan bersama BRICS yang mengkritik perang tarif dan serangan AS-Israel terhadap Iran. Trump pun mengancam akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap negara anggota BRICS, termasuk Indonesia.
Melalui unggahan di platform Truth Social, Trump menyebut, 11 negara anggota BRICS telah menunjukkan sikap tidak bersahabat terhadap Amerika Serikat. Ia bahkan menilai, kelompok tersebut sebagai ancaman baru terhadap dominasi ekonomi AS.
Kemarahan Trump dipicu oleh sikap BRICS yang secara kolektif mengutuk agresi militer ke Iran. Dan mengecam kebijakan perang tarif yang digagas AS. Meski begitu, China sebagai salah satu inisiator BRICS, menegaskan pihaknya tidak sedang mencari konfrontasi.
“Perang dagang dan tarif tidak akan melahirkan pemenang. Proteksionisme bukanlah solusi,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, seperti dikutip AFP, Selasa (8/7/2025).
Sikap serupa juga ditegaskan Indonesia. Wakil Menteri Luar Negeri, Arrmanatha Nasir menampik tudingan tersebut. Ia mengatakan, Indonesia tidak menggunakan forum BRICS sebagai panggung untuk menentang Amerika Serikat. Ia menyebut, pertemuan di Rio De Janeiro, Brasil, lebih menekankan isu kerja sama multilateral, lingkungan, kesehatan dan tantangan global.
“Tidak ada upaya melawan Amerika atau negara manapun. Fokus kita adalah memperkuat kerja sama negara berkembang, bukan memantik konfrontasi,” ujar Arrmanatha.
Namun demikian, tekanan terhadap Indonesia dinilai tetap menguat. Kepala Center Makroekonomi dan Keuangan INDEF, M Rizal Taufikurahman menilai, keikutsertaan Indonesia dalam BRICS justru memperumit hubungan dagang dengan AS. Terutama di tengah kebijakan hilirisasi dan larangan ekspor komoditas mentah yang dianggap mengganggu kepentingan strategis Amerika.
“Di bawah narasi Trump, BRICS dianggap mengancam dominasi ekonomi AS. Dalam konteks ini, kehadiran Presiden Prabowo bisa dianggap sebagai sinyal geopolitik yang menyulitkan,” ujarnya.
Untuk meredakan ketegangan dan membuka jalur negosiasi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dijadwalkan terbang langsung ke Washington DC usai menghadiri KTT BRICS di Brasil.
“Menko Airlangga akan bertemu langsung dengan perwakilan Pemerintah AS. Guna membahas tarif 32 persen yang dikenakan terhadap produk Indonesia,” ungkap Juru Bicara Kemenko Perekonomian, Haryo Limanseto.
Diberitakan sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengunggah surat dua lembar, ditujukan langsung kepada Presiden Prabowo. Dalam surat tertanggal 7 Juli 2025 itu, Trump mengumumkan pemberlakuan tarif impor sebesar 32 persen terhadap seluruh produk asal Indonesia mulai 1 Agustus 2025.
“Tidak akan ada tarif jika perusahaan Indonesia bersedia membangun pabrik dan produksi di wilayah Amerika Serikat,” tulis Trump, sembari menjanjikan percepatan izin investasi.
Trump pun juga memperingatkan, setiap balasan tarif dari Indonesia akan langsung dibalas dengan penambahan di atas tarif 32 persen. (aan/mzm)