Anwar menilai, kondisi ini menunjukkan adanya kegagalan dalam mendidik anak-anak Indonesia untuk memiliki akhlak dan budi pekerti yang baik. Kesalahan yang dilakukan anak ini tidak bisa disalahkan sepenuhnya sebab ada unsur kesalahan sekolah, orang tua, masyarakat, serta pemerintah.
“Karena selama ini kita lihat semua kita hanya sibuk memikirkan masalah ekonomi dan politik saja dan abai terhadap masalah agama dan budaya yang harus tanamkan dengan baik kepada anak-anak kita,” ujarnya.
Sementara itu, pemerhati anak Retno Listyarti mengatakan jika fenomena ini mungkin dapat terjadi sebagai imbas dari pergaulan bebas oleh remaja. Terlebih, mereka tidak memiliki dasar pengetahuan tentang seks yang benar.
“Pendidikan kesehatan reproduksi secara sinergi dapat dilakukan pada anak-anak oleh guru di lingkungan sekolah dan orangtua di lingkungan keluarga, semua harus berkolaborasi mencegah karena mencegah lebih baik daripada mengobati,” ujarnya. (hma/rhd)
Baca juga:
- Karutan Baru Situbondo komitmen Berantas Peredaran Narkoba dalam Rutan
- DBHCHT 2025 RSUD Lawang Rp10,067 Miliar, untuk Peningkatan dan Pemeliharaan Alat Kesehatan
- 35 Siswa Dinyatakan Lulus Program Vokasi TJSL PLN Bersama Skariga
- Bupati Jember Resmikan Klinik NU, Pelayanan Kesehatan Masyarakat Bertambah
- Pemerintah Mulai Salurkan BSU Rp600 Ribu untuk Pekerja dan Guru Honorer di Bulan Juni