KASADA MERUPAKAN SALAH SATU UPACARA ADAT SUKU TENGGER YANG DIMILIKI BANGSA INDONESIA

Fauzi Feri Sandy - KASADA MERUPAKAN SALAH SATU UPACARA ADAT SUKU TENGGER YANG DIMILIKI BANGSA INDONESIA
Nama : Fauzi Feri Sandy
Nim : 202010200311037

Upacara adat banyak sekali ragamnya dari yang paling sederhana, hingga yang rumit karena masih menggunakan tata cara dari leluhurnya. Indonesia terkenal dengan adat dan kebudayaan yang berbeda-beda, termasuk upacara adat disebuah daerah. Kebanyakan penduduk Indonesia masih menjungjung tinggi nilai budaya. Prosesi upacara adat ini, biasanya dilakukan berdasarkan waktu tertentu. Pada zaman modern sekarang ini ada beberapa upacara yang sudah mulai ditinggalkan di daerahnya seperti upacara adat Seren Taun, Jawa Barat, tetapi ada juga yang masih menjadi rutinitas tahunan yaitu Upacara adat Kasada Suku Tengger di Gunun Bromo Jawa imur.Bagi masyarakat Suku Tengger, Upacara Adat adalah salah satu wujud rasa syukur masyarakat Tengger kepada Tuhan. Ada banyak upacara adat di masyarakat Suku Tengger yang memiliki tujuan bermacam-macam diantaranya meminta berkah, menjauhkan malapetaka, wujud syukur atas karunia yang diberikan tuhan kepada masyarakat Suku Tengger. Dan salah satunya adalah Upacara Adat Kasada.

Kasada adalan nama sebuah bulan ke dua belas dalam hitungan kalender masyarakat suku tengger. Suku tengger memiliki sitem kalender tersendiri dalam menentukan ritual khusus. Sedangkan Yadna merupakan bahasajawa kuno dalam bahasa sangsekerta yang berarti kurban suci. Jadi upacara yadna kasada artinya yaitu kurban suci pada bulan purnama ke dua belas ,Upacara Kasada merupakan sebuah ritual yang dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur dan harapan agar dijauhkan dari malapetaka. Upacara ini dilakukan dengan melarung hasil bumi ke dalam kawah Gunung Bromo. Dalam perkembangannya, upacara ini menjadi salah satu hari raya umat Hindu Tengger.Upacara ini dilaksanakan di Gunung Bromo, Jawa Timur. Gunung Bromo merupakan salah satu destinasi wisata yang terkenal dan paling digemari oleh masyarkat Indonesia maupun mancanegara. Pada saat pelaksanaan upacara adat Kasada, Suku Tengger sering menjadi perhatian bagi pengunjung wisata di Gunung Bromo. Tak sedikit pengunjung dari Indonesia maupun mancanegara ikut berpartisipasi mengikuti rangkaian acara upacara adat Kasada, Suku Tengger. Hal tersebut menarik karena upacara adat Kasada ini dilakukan sudah sangat lama dan hingga saat ini masih tetap dilaksanakan. Meskipun lokasi untuk dilaksanakanya upacara tersebut sudah ramai dikunjungi oleh para wisatawan serta tak sedikit yang ikut berpartisipasi menyaksikan upacara adat Kasada Suku Tenger tersebut.

Bacaan Lainnya

Rangkaian acara upacara adat yadna kasada pada pagi hari yaitu diawali dengan setiap desa masingmasing membuat sesajen khusus yang disebut ongkek. Ongkek ini adalah hasil bumi dari yang di tanam oleh masyarakat tengger, seperti pisang, kubis dan hasil bumi lainnya. Hewan seperti ayam, domba juga diperbolehkan. Ongkek yang dibuat hanya dua buah saja setiap desa, tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Dan harus diketahui bahwa pembuatan ongkek ini, dari masyarakat suku tengger yang bersama-sama saling membagi hasil buminya untuk dijadikan ongkek. Tetapi jika empat puluh empat hari sebelum hari H upacara adat yadna kasada, ada yang meninggal di desanya, desa tersebut tidak boleh membawa ongkek. Masyarakat suku Tengger percaya bahwa nanti ada gangguan metafisika pada desa tersebut. Selain itu setiap pribadi masyarakat suku tengger yang mempunyai permohonan diperbolehkan membawa  sendiri-sendiri yang nantinya akan didoakan oleh dukun panditanya.

Tahap kedua yaitu setiap desa mensucikan ongkek atau disebut semeninga pensucian. Hal ini dilakukan oleh dukun pandita masing-masing setiap desa dengan membacakan mantra atau doa agar ongkek tersebut bersih atau suci. Selanjutnya tahap ketiga pada hari kedua upacara adat yadna kasada, pada pukul 00.00 masyarakat suku tengger yang dipimpin oleh dukun pandita masing-masing, membawa ongkek ke Pura Luhur Poten melewati gerbang desa masing-masing yaitu Cemoro Lawang (Tengger Probolinggo), Pakis Bincil (Tengger Pasuruan), Jemplang (Tengger Malang) dan Gunung Jantur (Tengger Lumajang). Pada tahap ini harus membuka gerbang terlebih dahulu dengan membaca mantra atau doa yang dibacakan oleh dukun pandita di setiap desanya. Karena masyarakat suku tengger percaya bahwa gerbang yang tidak terlihat oleh manusia ada di tempat-tempat yang peneliti sebutkan. Setelah itu diarak menuju pura luhur poten. Sambil menunggu waktu puncak acara yadna kasada, dukun pandita di setiap desa melayanimasyarakat suku tengger yang meminta sesajen yang dibawa pribadi di doakan sampai pukul tiga pagi, saat acara puncak berlangsung. Setelah itu sampailah di puncak acara, ritual pun dimulai dengan mekakat yaitu pembukaan ritual dengan dibacakannya mantra oleh ketua pariaman dan dukun pandita, dilanjutkan dengan pembacaan sejarah singkat yadna kasada oleh dukun pandita yang ditunjuk oleh ketua pariaman. Lalu Puja stuti, para dukun pandita memuja bersama yaitu berdoa yang hanya dilakukan oleh para dukundukun paditan. Selanjutnya yaitu mulunen, yaitu proses pembacaan mantra oleh para calon dukun yang sudah menyelesaikan syarat administrasi serta masuk kedalam kategori calon dukun pandita yang mempunyai prilaku dan sikap yang baik. Pembacaan mantra yang akan diuji ke calon dukun panditan ditentukan adalah faktor x atau yang tak terlihat oleh manusia. Ketua pariaman dan dukun panditan hanya jadi pelantara saja. Pembacaan mantra oleh calon dukun pandita mempunya toleransi tiga kali diperboleh diulang, apabila terbatabata ataupun ditengah pembacaan mantranya lupa. Jika tiga kali tidak bisa membacakan mantra secara lancar maka calon dukun pandita tersebut disuruh untuk mencoba lagi tahun depan.


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait