Batu, SERU.co.id – Stunting adalah kondisi gangguan pertumbuhan pada anak Balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi bisa terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir. Akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi memasuki usia 2 tahun.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batu, drg Kartika Trisulandari mengatakan, penanganan stunting bukan hanya terkait asupan gizi. Tetapi kondisi lingkungan juga sangat berpengaruh. Intervensi perbaikan gizi dalam sektor kesehatan hanya memberikan 30%.
“Intervensi yang pengaruhnya sangat besar yakni 70% adalah dari kondisi lingkungan sekitar,” serunya.
Kartika, sapaan akrab Kadinkes Batu menjelaskan, Dinas Kesehatan telah melakukan upaya intervensi gizi yakni dengan memberikan makanan tambahan gizi untuk ibu dan balita. Pihaknya melalui posyandu juga melakukan peningkatan layanan kesehatan terhadap ibu dan anak. Sementara untuk intervensi lingkungan, diperlukan kerjasama dengan seluruh perangkat desa terkait untuk memastikan setiap keluarga mendapatkan air yang layak dan sanitasi yang baik.
“Selain itu, diperlukan pemahaman dan edukasi kepada setiap keluarga, terkait pentingnya pencegahan stunting dan pengasuhan anak,” ungkapnya
Kadinkes juga memaparkan sejumlah kegiatan inovasi yang dilakukan pihaknya untuk mendukung upaya pengurangan angka stunting di Kota Batu. Antara lain program peduli baca KMS atau Buku KIA oleh keluarga balita dan pengadaan Pos Gizi Penanganan Stunting di 24 Desa/Kelurahan dan program Sehat Mental Agama Reproduksi Terpadu (SMART CATIN). Inovasi lain adalah pelayanan pemeriksaan kesehatan pada pasangan calon pengantin (pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboraturium, KIE, pemberian tablet tambah darah pada CPW) dan pembinaan kesehatan reproduksi dan gizi pada pasangan calon pengantin oleh Puskesmas. Termasuk juga bimbingan perkawinan oleh Kanwil Kemenag dan KUA, Pembinaan/Katekisasi Pranikah di Gereja-gereja) dan pemberian buku Saku Calon Pengantin di
Puskesmas.
“Kami juga melakukan revitalisasi KP-ASI (Kelompok Pendukung Air Susu lbu) di 24 Desa/Kelurahan,” imbuhnya.