Malang, SERU.co.id – Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (Fikes) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melakukan Penandatanganan Kerjasama dan MoU bersama P2PTM Kemenkes RI. Tentang launching program kelas unggulan/COE NCD (Center of Excellent Non-Communicable Diseases) atau Penyakit Tidak Menular (PTM). Kelas unggulan pertama kali dan satu-satunya di Indonesia, ditandai penandatanganan oleh Direktur P2PTM dan Wakil Rektor IV UMM, Sabtu (12/7/2025).
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM), dr Siti Nadia Tarmizi MEpid mengatakan, kelas unggulan COE (Center of Excellent) Non-Communicable Diseases (NCD) atau Penyakit Tidak Menular (PTM). Baru pertama dan satu-satunya di Indonesia, sehingga pihaknya akan bersinergi dengan banyak pihak dalam pengembangan kurikulumnya.
“Kelas ini akan membekali mahasiswa tentang PTM secara komprehensif, baik teori maupun pengalaman di lapangan. Dimana kurikulum yang digunakan teoritis 40 persen dan praktis (PKL) 60 persen di puskesmas maupun layanan kesehatan lainnya. Serta kemampuan komunikasi yang edukatif, pendekatan komunitas dalam upaya promotif, preventif dan kuratif,” seru Nadia, sapaan akrabnya, di Ruang Sidang Senat UMM, Sabtu (12/7/2025).
Adanya kelas unggulan COE NCD ini merupakan kelas percontohan yang melibatkan kolaborasi lintas sektor, mulai pendidikan, kesehatan, pemerintah dan masyarakat. Sehingga semua elemen Tri Dharma Perguruan Tinggi terimplementasikan dalam kelas unggulan tersebut.
“Dari pengalaman mahasiswa di lapangan, harapannya mereka dapat memecahkan masalah dan menemukan inovasi sebagai solusinya. Sekaligus dapat membantu layanan kesehatan atas permasalahan yang ada, bahkan mungkin tidak sama dengan wilayah lainnya. Sebagaimana agen perubahan menuju Indonesia Emas 2045,” harapnya, usai launching dan dilanjutkan dengan Lokakarya Kurikulum.
Sementara itu, Dekan Fikes UMM, Prof Dr Yoyok Bekti Prasetyo MKep SpKom mengatakan, kasus penyakit tidak menular (PTM) menjadi permasalahan nasional hingga internasional. Bahkan disebut sebagai silent pandemi baik di negara berkembang maupun negara maju. Untuk itu, kampus putih menggandeng Kemenkes RI mendirikan kelas unggulan Penyakit Tidak Menular, sekaligus bagian dari COE UMM.
“Tujuan kelas unggulan PTM ini untuk menjadi kampus berdampak berbasis masyarakat melalui upaya promotif, preventif dan kuratif dengan edukasi, skrining dan lainnya,” ucap Prof Yoyok, didampingi Kaprodi S1 Keperawatan Fikes UMM, Edi Purwanto SKepNs MNg.
Profesi perawat merupakan garda terdepan faskes primer dalam tata kelola berbasis komunitas/masyarakat. Dengan pembekalan dalam kelas Penyakit Tidak Menular, harapannya perawat dapat memberikan edukasi kepada masyarakat secara paripurna. Khususnya bidang Penyakit Tidak Menular dengan rekognisi atau sertifikat dari Kemenkes.
“Mahasiswa semester 6 dan 7 Keperawatan dapat mengikuti kelas PTM selama satu semester, dengan bobot materi 40 persen dan 60 persen praktek. Materi diberikan oleh Kemenkes, dengan skill praktek di Puskesmas dan masyarakat dalam pantauan Dinkes. Nantinya setelah lulus, mahasiswa akan mendapatkan tambahan sertifikat khusus PTM dari Kemenkes,” terang Edi.
Rencananya, lanjut Edi, kelas unggulan PTM akan dilaksanakan pada semester ganjil 2025 ini berdasarkan peminatan dan seleksi. Baik dari Prodi Keperawatan maupun prodi lainnya dalam kelas COE UMM, dengan kuota maksimal 25-30 mahasiswa.
baca juga: Respon Tingginya ODGJ, FK-UB Bakal Buka Prodi Spesialis Keperawatan Jiwa
Senada, Wakil Rektor IV UMM, Muhamad Salis Yuniardi MPsi PhD menyampaikan, prevalensi kesehatan penyakit tidak menular jauh lebih tinggi dibandingkan penyakit menular. Seiring pertumbuhan ekonomi, penyakit tidak menular seperti diabetes, stroke, jantung, dan lainnya disebabkan oleh gaya hidup. Ironisnya, penyakit menular masih menjadi momok dibandingkan penyakit tidak menular yang tersembunyi secara fisik.
“Kelas penyakit tidak menular ini merupakan inovasi revolusioner dalam dunia kesehatan. Semoga menjadi tonggak baru dalam promotif preventif dan kuratif, karena itu menjadi penting sekali dalam deteksi dini. Maka sinergisitas dengan lintas sektor, seperti Fikes, psikologi, sosiologi kesehatan dan lainnya, agar manfaat COE UMM yang diberikan menjadi paripurna. Misal mahasiswa psikologi bisa mengembangkan kemampuan sebagai konsultan gaya hidup sebagai pencegahan,” terang dosen Psikologi UMM ini. (rhd)