Malang Terpilih Tuan Rumah BWCF ke-12

Press conference kegiatan BWCF ke-12 di Malang. (wul) - Malang Terpilih Tuan Rumah BWCF ke-12
Press conference kegiatan BWCF ke-12 di Malang. (wul)

Malang, SERU.co.id – Malang terpilih sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan tahunan rutin Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) ke-12. Dimana Malang merupakan daerah pertama di luar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang dipilih untuk menyelenggarakan BWCF. Sekaligus memperingati wafatnya Prof Dr Edi Sedyawati (1938-2022), sosok arkeolog dan seni nusantara yang sangat mumpuni.

Founder BWCF, Seno Joko Suyono menuturkan, pemilihan Malang sebagai tuan rumah dalam gelaran yang ke-12 ini. Dilandasi tentang arca-arca Ganesha yang ada di Malang pada masa kerajaan Singhasari-Kediri.

Bacaan Lainnya

“Karena seperti yang dikatakan oleh Mas Dwi tadi, Disertasi Prof Edi Sedyowati ini adalah tentang Malang. Tentang arca-arca Ganesha pada periode Singhasari dan Kediri. Nah disertasi ini di kalangan lingkup studi arkeologi sangat legendaris sekali, karena tingkat dan mutu akademiknya yang sangat tinggi sekali,” seru Seno, Selasa (21/11/2023) sore.

Baca juga: Jadi MPP ke-12, Pemprov Jatim Apresiasi Mall Pelayanan Publik Kota Batu

Maka dari itu, pihaknya ingin menghelat BWCF 2023 ini di Malang. Sekaligus memperingati setahun wafatnya Bu Edi dan untuk memperingati disertasinya.

Seno menerangkan, pihaknya juga bakal berkolaborasi dengan Universitas Negeri Malang (UM). Dimana menurut Seno, kampus berplat merah itu juga memiliki prodi sejarah yang sangat tersohor.

“Kami sengaja berkolaborasi dengan UM, karena prodi sejarah di UM ini sangat terkenal sekali dengan studi arkeologinya. Arkeolog besar tercatat pernah mengajar di UM, jadi kami merasa tepat sekali bisa bekerjasama dengan UM. Dan oleh UM, kami diperbolehkan untuk menggunakan beberapa fasilitas ruang yang dimiliki,” tuturnya.

Seno membeberkan, dijadwalkan pada tanggal 23 November 2023 mendatang, BWCF akan mengadakan pre opening terlebih dahulu. Bakal diisi dengan pemutaran film dokumenter terbaru, dari sutradara Indonesia, Nia Dinata, berjudul ‘Menggali Muara Jambi.’

“Kemudian setelah pre-opening, seluruh acara dihelat di UM. Kami menggunakan mulai dari theater arenanya di outdoor space, kemudian di Fakultas Ilmu Sejarah dan Fakultas Sastra, termasuk gedung Pasca Sarjana. Kecuali untuk pre-opening tanggal 23 siang, itu di Gedung KPPN Heritage,” jelasnya.

Kemudian, gelaran utama bakal dilakukan pada 24-27 November 2023, yang akan dibuka mulai pukul 09.00.

“Jadi acaranya mulai jam 9 pagi sampai malam. Itu ada kegiatan di antaranya seperti podium sastra diikuti oleh 50 penyair utamanya dari Jawa Timur,” terangnya.

Tari Topeng yang disuguhkan di acara press conference BWCF. (wul) - Malang Terpilih Tuan Rumah BWCF ke-12
Tari Topeng yang disuguhkan di acara press conference BWCF. (wul)

Selanjutnya, kegiatan bakal diisi dengan berbagai macam acara menarik. Seperti diskusi tentang arkeologi dan sastra, pertunjukan seni dari berbagai seniman terkenal. Seperti Ketut Rine, Sutarji Karso Bakhri, Mas Anwari, Nova Ruth dan kelompok musik Lorju.

“BWCF selalu mengangkat kajian-kajian serius tentang khasanah nusantara dengan mendatangkan pakar lintas disiplin, dari arkeologi, sejarah, antropologi, hingga filologi. Untuk memperkenalkan kekayaan pemikiran nusantara kepada khalayak luas, termasuk generasi milenial,” beber Seno.

Baca juga: Disdikbud Kota Malang Perkuat Literasi Merawat Cagar Budaya

Tak berhenti disitu, gelaran BWCF tahun ini juga dilakukan diskusi terkait repatriasi benda purbakala. Pihaknya bakal mengundang empat narasumber, seperti Dr Wayan Jarrah dan Prof Dr Agus Aris Munandar. Keduanya bakal membahas pentingnya pengembalian arca Singosari dari Leiden, Belanda.

BWCF 2023 ini juga akan meluncurkan buku dengan isi lebih dari 1000 halaman. Dimana isinya artikel-artikel tentang Ganesha dan seni pertunjukan yang ditulis oleh para peneliti.

“Dengan BWCF, kami berharap kekayaan pemikiran nusantara dapat terangkat dan dikenal lebih luas, serta dapat memajukan kesenian dan kebudayaan kontemporer Indonesia. Nah setelah malam pertunjukan di UM, itu akan dilanjutkan ngopi-ngopi di Kayutangan Heritage. Karena di situ adalah salah satu ikon Malang saat ini, jadi sangat perlu dikenalkan dengan teman-teman dari luar kota,” tegasnya. (wul/rhd)

disclaimer

Pos terkait