Lebih lanjut, Maskuti menyoroti mengenai impor beras yang memiliki dampak langsung terhadap para petani. Ia berharap, impor tidak terjadi.
“Jika impor dilakukan, petani akan menangis. Apalagi sekarang, semuanya naik, tapi mengapa harga beras begitu murah,” lanjut Maskuri.
Senada, Wakil Walikota Malang, Sofyan Edi Jarwoko menyoroti wilayah Kota Malang yang lahan pertaniannya semakin sempit. Hal itulah yang mau tidak mau menjadi salah satu alasan dilakukan impor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Contohnya, kedelai impor di Kampung Sanan. Di tempat itu, bahan baku kedelai impor mencapai 30 ton per hari,” jelas Sofyan Edi.
Kemandirian pangan, terutama terkait hasil produksi pertanian menjadi pembahasan berbagai pihak untuk saling berkomunikasi. Mulai dari masyarakat, pemerintah daerah, hingga kementrian. Guna mencapai hal itu, dengan adanya kuliah umum mengenai Pertanian Pesantren menjadi langkah awal mengintegrasikan para alumni pertanian untuk memajukan negara di bidang pangan.
Dalam kesempatan ini pula, sebanyak 12 pesantren mendapat bantuan dari Kementrian Pertanian RI. Mulai dari benih padi, benih jagung, dan 2 unit cultivator. (ws7/rhd)
Baca juga:
- Bapenda Kota Malang Singgah Perumahan Malam Hari, Permudah Bayar PBB
- Tekan Angka Kecelakaan Lalu Lintas, Polres Malang Pasang Rambu dan Papan Peringatan Jalur Rawan
- ASN di Batu Cabuli Keponakannya Sejak Kelas SMP
- dr Nur Rochmah Jabat Direktur RSUD Kanjuruhan Setelah Kosong Lima Tahun
- Rakor Bersama Panitia Karnaval Desa Giripurno, Polres Batu Tegaskan Larangan Sound Horeg