Terakhir dirinya berharap, dengan adanya sosialiasi tersebut agar permasalahan dari dua isu tersebut dapat diminimalisir sebaik mungkin.
“Secara basic, tidak hanya kecamatan saja, tetapi kota. Maka ini terus kita kuatkan melalui Kelompok Kerja (Pokja) di masing-masing RW,” tandasnya.
Sementara itu, Camat Kedungkandang, Prayitno mengkonfirmasi, di wilayahnya tersebut pihaknya belum menerima terkait adanya perilaku eksploitasi berbasi gender. Namun sosialisasi tersebut harus dilakukan untuk memitigasi hal yang tidak diinginkan.
“Sebetulnya kalau kekerasan berbasis gender tidak ada. Tapi yang masalah stunting, kami sudah lanjutkan ke mini lokakarya (Minilok) di kecamatan,” kata Prayitno.

Pihaknya sudah dua kali melakukan Minilok tersebut. Secara teknis, dalam Minilok ini terdapat terdapat beberapa titik tekan untuk menanggulangi stunting tersebut.
“Kemarin dari angka global kemudian kita breakdown bersama Dinsos untuk dapat angka, jumlah, penyebab dan namanya. Jadi mulai calon pengantin kita harus muali (berikan) pendampingan. Ya kita mulainya di Minilok kemarin, faktor-faktor pemicu stunting itu kita ulas semua,” pungkasnya. (bim/mzm)
Baca juga:
- Puasa Arafah: Sehari Menggugurkan Dosa Dua Tahun
- Pertamina Salurkan 1,5 Juta Tabung LPG di Jawa Timur Jelang Iduladha
- DPRD Kota Malang Soroti Rencana Pembangunan Gedung Parkir Kayutangan dan Nasib Jukir
- Wali Kota Target Kickboxing Kota Malang Raih Delapan Emas di Porprov IX Jatim 2025
- Calon Mahasiswa Asing Di UMM Tembus Lebih Dari 2000 Pendaftar