Ia menjelaskan, yang perlu diubah salah satunya adalah sistem pemberian subsidi. Menurutnya, subsidi yang diberikan oleh pemerintah bukan lagi berdasarkan produk. Dalam hal ini yaitu subsidi BBM.
“Karena ini bicara tentang energi, suka atau tidak yang namanya fossil fuel (bahan bakar fosil) suatu hari akan habis. Ketika itu habis, harga nanti akan tinggi lagi. Seberapa kuat negara mensubsidi,” tanya Rhenald kembali.
Praktisi di bidang ekonomi tersebut mengatakan, subsidi yang diberikan pemerintah tersebut dapat dinikmati semua jenis golongan masyarakat. Baik golongan ekonomi menengah ke atas maupun ke bawah.
“Jadi kedepan menurut saya, yang namanya subsidi ga boleh melalui produk. Subsidi harus langsung pada orangnya,” imbuhnya.
Sebagai ekonom, dirinya menilai dengan adanya subsidi BBM hingga menjadi murah itu akan cenderung dimanfaatkan oleh pihak-pihak industri.
“Kita itu sudah tahu, itu namanya penyelundupan. (diproduksi) lebih murah dari Singapura dan dibawa ke Singapura-Malaysia, tapi yang beli bukan orang sana. Tapi para pedagang-pedagang yang membeli minyak subsidi kita yang harganya murah,” terang Rhenald. (bim/rhd)
Baca juga:
- SPPG Tlogowaru Kota Malang Pekerjakan Masyarakat Lokal Sukseskan Program MBG, Sasar 4.800 Pelajar
- Rumah Dinas Sekda Situbondo dibobol Maling Saat Ditinggal Ibadah Haji
- Selama Libur Panjang Gunung Bromo Dibanjiri 11.735 Wisatawan Lokal dan Mancanegara
- Alfamart Gandeng Puskesmas Ardimulyo Layani Posyandu ILP dan Edukasi Balita hingga Lansia
- Wali Kota Batu Terima Audiensi Jajaran Redaksi Memo X Group di Ruang Kerja