Indonesia Rujukan Halal Dunia, Wapres Dorong Tingkatkan Ekspor Produk Halal

56 lembaga sertifikasi dunia gunakan standard halal Indonesia

Kota Malang, SERU – Produk halal bukan lagi menjadi konsumsi kaum muslim semata, namun kini produk halal juga menjadi kebutuhan kaum non muslim di berbagai penjuru dunia. Tak hanya produk yang berkutat pada makanan dan minuman sebagai produk kuliner, namun kini lebih luas menyasar pada produk barang dan jasa, seperti travel, fashion, kosmetik, obat-obatan, dan lainnya.

Baca Lainnya

“Masih terbuka peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan produk halal di dalam negeri, sekaligus peluang ekspor ke berbagai negara. Produk halal ini semakin diminati, karena selain halal, juga berkualitas, sehat, dan thayyib,” ungkap Wakil Presiden RI, Prof Dr (HC) KH Ma’ruf Amin, dalam Internasional Halal & Thayyib Conference 2019, di gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya (UB), Kota Malang, Rabu (27/11/2019).

Meninjau stand inovasi produk halal mahasiswa dan dosen UB. (rhd)

Dalam acara bertemakan Toward A Halal dan Thayyib World: Strategis for New Halal Landscape (Menuju Dunia Halal dan Thayyib: Strategi untuk Lansekap Halal Baru, red), mantan Ketua MUI ini menyampaikan bagaimana keinginan pemerintah memperkuat dan mempercepat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah yang difokuskan pada pengembangan dan perluasan industri produk halal.

“Indonesia juga menjadi rujukan halal dunia. Jika ditinjau dari segi sertifikasi halal, Indonesia adalah terbaik di dunia. Lebih dari 56 lembaga sertifikasi dunia menggunakan standard halal Indonesia,” terang lulusan Universitas Ibnu Khaldun itu.

Disisi lain, Indonesia disebut sebagai konsumen terbesar produk halal. Sekitar 214 M USD digunakan membeli barang produk halal atau 10 persen dari pangsa produk halal dunia pada 2018. “Kita tidak ingin hanya menjadi tukang pemberi sertifikasi. Namun sepatutnya menjadi produsen, bahkan harus mampu mengekspor untuk pasar halal dunia,” tegas Ma’ruf Amin.

Atas upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah sebagai bagian produk halal, menempatkan posisi Indonesia pada rangking ke-4 dari 137 negara pada tahun 2019, naik dari sebelumnya rangking ke-10 pada tahun 2018.

Pemukulan gong, penanda peresmian UB sebagai PTN produsen produk halal. (rhd)

“Harapannya, jika produk halal ditingkatkan, maka peluang ekspor pun bisa menjadi nilai tambah. Indonesia dapat memanfaatkan potensi pasar halal dunia ini dengan meningkatkan ekspor yang saat ini baru berkisar 3,8 persen dari total pasar dunia,” jelas pria kelahiran Kresek, Tangerang, 11 Maret 1943 ini.

Mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini, menambahkan, pasar halal dunia merupakan potensi yang sangat besar. Tahun 2017 produk pasar halal dunia mencapai 2,1 T USD dan diprediksi akan berkembang hingga 3 T USD pada tahun 2023.

“Uniknya, berdasarkan laporan Global Islamic Economic Report 2019, Brazil menjadi eksportir produk halal pertama di dunia. Nilai ekspornya mencapai 5,5M USD, disusul oleh Australia dengan nilai 2,4M USD. Padahal keduanya bukan negara dengan mayoritas muslim,” tandas santri alumni Ponpes Tebuireng, Jombang ini. (rhd)

Berita Terkait

Iklan Cukai Pemkab Jember

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *