Tadarus Pemikiran Islam, Meneropong Pemikiran Abdul Malik Fadjar

Wakil Rektor II UMM, Dr Nazaruddin Malik, saat membuka forum tadarus pemikiran Islam. (ist) - Tadarus Pemikiran Islam, Meneropong Pemikiran Abdul Malik Fadjar
Wakil Rektor II UMM, Dr Nazaruddin Malik, saat membuka forum tadarus pemikiran Islam. (ist)

Malang, SERU.co.id – Tokoh Muhammadiyah, Abdul Malik Fadjar merupakan sosok yang bersahaja, gigih juga penuh prestasi dalam bidang pendidikan. Kali ini, Rumah Baca Cerdas (RBC) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) gelar tadarus pemikiran Islam, dengan meneladani pemikiran Abdul Malik Fadjar, pada Rabu (20/4/2022) lalu.

Wakil Rektor I UMM, Prof Syamsul Arifin mengatakan, jika sosok mantan Menteri Pendidikan RI periode 2001-2004 tersebut, merupakan tokoh yang melahirkan terobosan-terobosan yang tidak hanya segar, tetapi juga humanis. Tentunya dengan hal itu, pemikiran Fadjar Malik menjadi inspirasi dan role model di kalangan para akademisi.

Bacaan Lainnya

“Pak Malik adalah inspiring teacher dan living curriculum yang pemikirannya tidak hanya transformatif, tapi jauh cenderung futuristik, berorientasi masa depan,” seru Wakil Rektor I UMM, Prof Arifin.

Ia juga menyampaikan, pemikiran yang dimiliki oleh Prof Malik tersebut tak hanya berhenti di gagasan-gagasan mentah saja. Hal itu terbukti, ketika beliau menjadi Rektor UMM pada 1983-2000, telah banyak memberikan sumbangsih dalam kemajuan kampus putih tersebut.

“Dalam hal ini, pergumulan kekuatan literasi dan aktivisme Pak Malik, mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran baru khususnya dalam dunia pendidikan. Hal ini terlihat dari bagaimana Pak Malik mampu mengembangkan UMM menjadi salah satu kampus swasta terbaik di Indonesia,” sambungnya.

Hal itu diamini oleh Wakil Rektor II UMM, Dr Nazaruddin Malik yang memimpin jalannya diskusi. Dia mengatakan, pemikiran Prof Malik Fadjar tidak lepas dari dunia literasi.

“Kehidupan Malik selalu dekat dengan buku. Bahkan, dalam banyak kesempatan, kedekatan Malik dengan berbagai macam referensi, menjadikannya sebagai salah satu sosok pemikir unggul yang memiliki visi jauh melampaui zaman,” kata Nazaruddin.

Ia juga menyampaikan, pemikiran mantan Dewan Pertimbangan Presiden tersebut masih relevan untuk saat jni. Berangkat dari lunturnya ruh literasi masyarakat, sehingga sering kali mereka terjebak pada narasi yang bersifat hoaks, bahkan ekstrimisme.

“Tentu, perpustakaan sebagai wadah literasi adalah lokus alternatif untuk mewujudkan lahirnya pemikiran-pemikiran humanis yang luwes dan santun. Tidak pula gumunan dan ekstrem,” pungkasnya.

Di lain sisi, Wakil Dekan I Fakultas Agama Islam UMM, Pradana Boy mengatakan, pemikiran Islam Malik bisa dilihat melalui tiga sumbu utama, yakni Islam sebagai ilmu, pemahaman Islam yang terbuka dan proporsional, dan Islam yang melampaui formalisme.

“Pemikiran Islam sebagai ilmu itu tentu terdorong oleh kekuatan semangat membaca Malik, yang kemudian dituangkan ke dalam gagasan yang kontekstual. Wujud paling nyata dari semangat itu, bisa dinilai dari upaya Malik memperkenalkan wacana membangun ‘keilmuan dan keislaman’,” kata Boy.

Menurutnya, dalam pemikiran Malik, Islam tidak hanya bertumpu pada hal-hal ubudiyah saja, melainkan juga inspirasi pembangunan peradaban. Dalam hal ini, Malik Malik berusaha membawa Islam melampaui sekat-sekat formalisme.

“Misalnya, ketika Pak Malik berbicara tentang arabisme, ada semacam bias antara keislaman dan kearaban,” terang Boy. (ws5/mzm)


Baca juga:

disclaimer

Pos terkait