Jember, SERU.co.id – Tembakau Jember tercatat sebagai komoditas yang memiliki kontribusi besar terhadap devisa negara lantaran mampu menembus pasar global. Berdasarkan data UPT Pengujian Sertifikasi Mutu Barang di Lembaga Tembakau Jember tahun 2023. Menunjukkan ekspor tembakau dari Jember mencapai lebih dari 3.028 ton dengan nilai devisa hampir Rp500 milliar.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jember, Bambang Rudianto mengatakan, tembakau Jember memiliki sejarah panjang dalam perjalanan pertanian dan infrastruktur di Indonesia. Maka prestasi tersebut bukanlah menjadi kebanggaan lokal Jember, melainkan juga harus diakui secara global.
“Budidaya tembakau Jember sudah berlangsung sejak zaman VOC. Ini menunjukkan sejarah panjang dan kualitas yang terjaga,” seru Bambang, Kamis (19/6/2025).
Disebutkannya, pada masa kolonial Belanda, hanya ada tiga wilayah di Indonesia yang dikenal sebagai penghasil tembakau unggulan. Wilayah itu adalah Deli Serdang di Sumatera Utara, Temanggung di Jawa Tengah dan Besuki yang mencakup kawasan Jember.
“Namun seiringnya berjalannya waktu, dinamika industri membuat dua wilayah lainnya mengalami penurunan produktivitas. Deli Serdang sudah tidak produksi dan Temanggung berkurang, justru Jember yang progresnya semakin baik,” terangnya.
Dalam teropong sejarah, industrialisasi tembakau di Jember dimulai sejak tahun 1859. Salah satu jenis tembakau yang sangat terkenal di pasar ekspor adalah Besuki Na-Oogst atau yang lebih dikenal dengan BNO.
“BNO ini punya kualitas premium. Cita rasanya khas dan tidak bisa ditemukan di daerah lain,” paparnya.
Menurutnya, permintaan terhadap tembakau BNO tidak terbatas hanya dari negara-negara Eropa yang menjadi pasar tradisionalnya. Kini konsumen di Asia, Timur Tengah, hingga Afrika juga menunjukkan minat yang tinggi terhadap tembakau asal Jember.
“Tembakau Jember memang punya taste khas sendiri. Keunikan rasanya inilah yang menjadi kunci utama tembakau Jember istimewa di mata pasar global,” tandasnya. (sgt/rhd)
