Malang, SERU.co.id – Tekanan inflasi Kota Malang pada Februari 2024 tetap terjaga di kisaran sasaran inflasi. Hal tersebut tidak terlepas dari koordinasi solid TPID melalui sinergisitas kolaboratif. Berdasarkan data BPS, Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,50 persen (mtm), meskipun lebih tinggi dari bulan sebelumnya, deflasi sebesar -0,23 persen (mtm).
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, Febrina mengatakan, keterjangkauan harga lewat program Warung Tekan Inflasi turut menjaga sasaran inflasi. Bulog Cabang Malang juga telah menambah stok 2.000 ton menjadi 8.500 menyikapi lonjakan harga beras.
“Stok tersebut telah disalurkan melalui pasar tradisional, pengecer dan grosir sebesar 1.424 per 1 Maret 2024. Kemudian, penyaluran paket murah sembako sebanyak 9.500 untuk menjaga ketersediaan pasokan menjelang bulan ramadan. Paket-paket tersebut didistribusikan ke 5 titik lokasi pada 20-26 Februari 2024,” seru Febrina, Sabtu (2/3/2024).
Baca juga: BI Sebut Deflasi Kota Malang 0,11 Persen Dampak Penurunan Komoditas Pangan
Optimalisasi BUMD d.h.i. Perumda Tunas juga turut menjaga pasokan pangan, salah satunya melalui KAD. Yaitu Poktan Harapan Jaya I Probolinggo untuk komoditas bawang merah dan Paskomnas (Pasar Komoditas Nasional) untuk komoditas hortikultura. Kesepakatan keduanya disepakati pada momentum Rakorpusda oleh BI dalam rangka Pengendalian Inflasi wilayah Jawa pada 27 Februari 2024.
“Selain itu, pemimpin daerah juga terjun langsung untuk menjaga ekspektasi masyarakat dan pelaksanaan HLM TPID. Kemudian juga pelaksanaan Capacity Building Kinerja TPID pada 15-16 Februari 2024. Hasilnya, secara tahunan Kota Malang tercatat mengalami inflasi sebesar 2,64 persen (yoy) dan 0,27 persen (ytd), tetap terkendali di kisaran rentang sasaran inflasi,” terangnya.
Inflasi periode Februari 2024 didorong terutama oleh kenaikan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil 0,47 persen (mtm). Inflasi lebih tinggi tertahan oleh deflasi pada kelompok transportasi dengan andil -0,01 persen (mtm).
“Berdasarkan komoditasnya, inflasi di Kota Malang didorong kenaikan harga komoditas beras, cabai merah, telur ayam ras, daging ayam ras dan kentang. Masing-masing dengan andil 0,31 persen, 0,09 persen, 0,08 persen, 0,04 persen dan 0,02 persen (mtm),” beber Febrina.
Baca juga: Cabai Rawit dan Merah Penyebab Inflasi November Kota Malang
Inflasi pada komoditas beras terjadi seiring menipisnya pasokan pada tengah musim tanam. Harga cabai merah juga terpantau mengalami peningkatan akibat intensitas hujan cukup tinggi. Harga pakan (jagung dan konsentrat) melonjak tinggi dan adanya afkir dini menyebabkan peningkatan harga telur dan daging ayam ras.
“Inflasi lebih tinggi tertahan oleh deflasi, terutama pada komoditas pisang, bawang merah, cabai rawit, jeruk dan angkutan udara. Masing-masing dengan andil -0,05 persen, -0,04 persen, -0,02 persen, -0,01 persen dan -0,01 persen (mtm). Penurunan harga pada komoditas tersebut terjadi seiring pasokan yang terjaga,” ujarnya.
Terakhir, sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia Malang akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Begitu juga penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif) untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1 persen. (afi/rhd)