Malang, SERU.co.id – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang melalui bidang Kebudayaan mengenalkan permainan tradisional jaman dulu. Melalui program ‘Kegiatan Belajar Bersama’ ratusan pelajar SD dan SMP se-Kota Malang, di Museum Pendidikan, selama 2 (dua) hari, Senin-Selasa (13-14/11/2023).
Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Malang, Juli Handayani mengatakan, tujuan belajar bersama untuk mengenalkan permainan tradisional. Dimana kini jarang dimainkan oleh generasi saat ini, sebab sebagian besar anak menggunakan gadget maupun Playstation untuk bermain. Selain mengenalkan Museum Pendidikan yang letaknya di pinggiran Kota Malang.
“Ada beberapa jenis permainan tradisional yang kami kenalkan, seperti dagongan, egrang, dakon, bola bekel, bakiak beregu, gobak sodor, lompat tali karet, dan lainnya. Meski sifatnya pembelajaran dan pengenalan permainan tradisional, kami juga memberikan reward untuk permainan tertentu,” seru Yuli, sapaan akrabnya.
Pada hari pertama, pihaknya mengajak 200 siswa SD se-Kota Malang, terbagi 40 tim dari 5 kecamatan di Kota Malang yang dikoordinir oleh Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S). Selanjutnya di hari kedua, mengajak 200 siswa SMP negeri dan swasta se-Kota Malang yang dikoordinir oleh Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS).
Baca juga: Kemendikbud Sebut Kebakaran Museum Nasional Akibat Sumber dari Luar Gedung
Yuli menerangkan, koleksi Museum Pendidikan ada juga beberapa permainan tradisional. Sehingga fungsinya tak sekedar dipajang, namun juga diperkenalkan kepada generasi anak-anak masa kini. Dengan mempraktikkan dan mengenalkan aturan permainan secara langsung kepada para peserta.
“Kalau biasanya mereka main handphone kan sendirian dan cenderung egois. Dengan bermain permainan tradisional ini mereka diajarkan kekompakan, gotong royong, rasa sosial, bermain bersama tim dan lainnya. Tak hanya melatih otak saja, tapi juga tenaga dan strategi untuk menang,” terang Yuli, didampingi Koordinator Acara, Harimet.
Kegiatan Belajar Bersama ini merupakan agenda tahunan kali kedua, kali pertama diadakan pada tahun 2022. Selanjutnya akan menjadi agenda rutin tahunan pada tahun-tahun mendatang. Tentunya dengan kemasan permainan yang berbeda dan lebih menarik.
Di akhir acara, para peserta diajak mengelilingi Museum Pendidikan dan diperkenalkan apa saja koleksinya. Mulai dari alat tulis jaman dulu (sabak, papan tulis kapur, mesin ketik, dan lainnya); bangku belajar jaman dulu (bangku kayu dan kursi menyatu), sepeda jadul, dan lainnya.
“Tentunya, akan memotivasi guru dan peserta untuk mengajak siswa lainnya untuk berkunjung ke Museum Pendidikan. Dan mengenalkan secara luas bentuk dan pola permainan tradisional yang telah disosialisasikan,” tandasnya.
Baca juga: Kartu Merah Putih Permainan Asik untuk Belajar Matematika
Salah satu guru pendamping, Hasan Al-Banna mengaku, sangat mengapresiasi upaya Disdikbud mengenalkan permainan tradisional. Sebab saat ini jarang ditemui, sehingga memotivasi guru untuk mengenalkan kembali permainan tradisional kepada para siswa.
“Saya jadi teringat permainan seperti ini mengajarkan kita arti kebersamaan dan kekompakan. Sehingga sangat bermanfaat bagi anak-anak untuk menanamkan nilai-nilai dimaksud melalui nilai-nilai budaya permainan tersebut,” ungkap salah guru SD, alumni Pendidikan Guru Olahraga UM ini.
Senada, salah satu peserta dagongan beregu, Alya mengaku, baru kali pertama bermain dagongan. Meski timnya kalah, namun pengalaman ini mengajarkan bagaimana mereka harus kompak dan berusaha bersama.
Baru pertama kali main dagongan, banyak yang ga ngerti. Tapi setelah melihat siswa SD lain main, kami pun paham setelah diberi tahu pak guru bagaimana caranya menang. Kami sempat menang, tapi selanjutnya kalah, wajar sih kan baru tahu,” ucap Alya, diamini rekan-rekannya. (rhd)