Malang, SERU.co.id – Para petani di sekitar kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) harus bekerja lebih ekstra guna menjaga kestabilan tanaman di ladang. Hal ini untuk mengantisipasi kerusakan dan terjadinya gagal panen akibat fenomena embun upas atau bunga es beku sudah melanda kawasan tersebut sejak, Selasa (30/5/2023) lalu.
Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar (BB) TNBTS, Septi Eka Wardhani menuturkan, fenomena embun upas tersebut diawali dengan cuaca yang terik dan panas pada siang harinya. Kemudian akan mulai terjadi penurunan suhu di sore hari dan kemudian terjadi pembentukan embun upas.
“Pada sore hari ada kabut tipis, sedangkan pada malam hari dingin antara nol hingga lima derajat mendekati titik beku. Itu tanda-tanda frost bakal dijumpai,” seru Septi.
Sementara itu, Camat Poncokusumo, Didik Agus Mulyono menjelaskan, bentuk embun upas ini menyerupai butiran salju. Namun, jika tidak segera dibersihkan dari tanaman petani bisa terancam rusak.
“Jika tidak segera dibersihkan tanaman biasanya layu dan lama-lama akan mati,” terang Didik.
Didik mengatakan, fenomena embun upas itu sering kali terjadi pada pagi hari. Dan di saat itu banyak embun upas yang menempel pada tumbuhan. Guna mengantisipasi kerusakan pada tumbuhan, para petani harus rutin membersihkannya di pagi hari dengan menyemprot dengan air.
“Embun upas itu biasanya terjadi di Desa Ngadas maupun desa lainnya. Terutama menyerang tanaman seperti bawang putih, brambang dan kentang. Kalau petani-petani di Ngadas sudah mengantisipasi dengan penyemprotan air di pagi hari sebelum matahari terbit,” ujarnya.
Untuk saat ini, Didik mengaku belum ada kerugian atas fenomenan itu. Namun para petani harus bekerja lebih ekstra dibanding musim-musim lainya. Namun jika menggunakan jasa buruh tani penggarap, maka akan jadi tambahan biaya produksi.
“Khususnya jika harus menyiram lebih banyak, ada listrik juga tenaga kerja ekstra yang mungkin saja berpengaruh ke cost produksi,” tuturnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang m, Avicenna Medisica mengatakan, untuk saat ini pihaknya masih belum menerima laporan dari para petani, terkait kendala yang dialami untuk dampak dari hawa dingin dan es yang muncul berhari-hari. Namun, dirinya berharap petani terus memperhatikan ladangnya agar tidak terdampak layu hingga gagal panen.
“Jadi kami belum menerima laporan kerusakan tanaman atau layu. Sepertinya masih bisa diatasi oleh petani. Harapannya masih bisa diantisipasi,” terang Avicenna. (Wul/ono)