Saat fenomena ini terjadi, matahari terbit dari arah tenggara dan terbenam di barat daya. Tetapi, hal ini dapat disesuaikan dengan lintang geografis tiap wilayah.
Lebih lanjut, Andi mengatakan jika fenomena ini berdampak langsung pada lamanya waktu siang dan malam. Di belahan bumi utara, panjang siang akan lebih pendek dibanding malam. Sedangkan, di belahan bumi selatan, waktu siang akan lebih panjang dibanding malam.
“Jadi panjang siang ini diukur dari waktu Matahari terbit hingga Matahari terbenam. Itu dihitung durasinya berapa, itulah yang menjadi panjang siang,” paparnya.
Di Indonesia bagian utara seperti Sabang, Miangas, dan Tarakan, waktu siang akan lebih pendek. Sementara di wilayah seperti Pulau Rote dan Pulau Timor, waktu siang akan lebih panjang selama 12,7 jam.
“Untuk di Indonesia sendiri saat solstis Desember di belahan Bumi bagian utara seperti di Sabang, Miangas, dan Tarakan, itu panjang siangnya hanya 11,5 jam,” ujarnya.
Fenomena ini menjadi pertanda musim dingin untuk bumi bagian utara. Sementara untuk bumi bagian selatan, menjadi pertanda musim panas. (hma/rhd)
Baca juga:
- Ribuan Jamaah Riyadlul Jannah Doakan Kedamaian Kota Batu dan Indonesia
- Kodim 0833 Bersama Polresta Makota dan Instansi Lain Patroli Jaga Kamtibmas
- Babinsa Lowokwaru Dampingi Petani Tunggulwulung Panen Padi
- 42 Warga Jember Penyandang Disabilitas Terdaftar Penerima Kaki dan Tangan Palsu
- Indonesia Sukses Libas China Taipei 6-0 di Surabaya