Malang, SERU.co.id – Peran Muhammadiyah dalam membangun Indonesia telah dimulai sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Bahkan hingga kini, peran Muhammadiyah dalam berbagai lini sektor menjadi contoh dalam pembangunan Indonesia. Salah satunya pembangunan SDM unggul.
Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) RI Prof Dr Muhadjir Effendy, MAP mengatakan, usia seratus tahun bagi bangsa masih dianggap sebagai usia yang muda. Bahkan Muhammadiyah lebih tua karena berdiri sebelum Indonesia merdeka. Sepatutnya Indonesia belajar banyak hal dari Muhammadiyah yang lebih tua.
“Apalagi kalau kita lihat, sistem dan kepribadian Muhammadiyah yang lebih matang. Ini bisa jadi bahan yang bagus bagi bangsa untuk membenahi kekurangan yang ada,” seru Muhadjir, dalam Sarasehan Pra-Muktamar Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (3/9/2022).
- Zia Ulhaq Nilai Putusan MK Soal Sekolah Swasta Gratis Dorong Pemerataan Pendidikan
- 253.421 Peserta Lolos UTBK SNBT 2025, Berikut 10 Kampus dengan Pendaftar Terbanyak
- Sosialisasi Kurang, Ketua DPRD Kota Malang Berharap Penjaringan Kembali Sekolah Rakyat
Disebutkannya, generasi yang akan menentukan keberhasilan Indonesia Emas pada 2045 nanti adalah penduduk yang lahir di antara tahun 1980 hingga 2028 mendatang. Mereka yang akan menginjak usia produktif pada tahun di mana Indonesia berusia 100 tahun.
“Mereka yang harus disiapkan itu generasi yang lahir hari ini, adalah generasi emas. Yang nanti pada 2045 masuk pada usia produktif 19-65 tahun. Yang lahir 1980 nanti pas usia 65 tahun, batas akhir usia produktif,” sebut mantan Rektor UMM ini, dalam Pra Muktamar Muhammadiyah bertemakan ‘Muhammadiyah Menyambut Indonesia Emas 2045.’
Lebih lanjut, Muhadjir menegaskan, penduduk dengan usia produktif memiliki peran penting. Jika mereka bekerja dengan produktif, maka pendapatannya akan mengalir pada tiga hal, yakni kebutuhan diri, pembiayaan bagi usia non-produktif, serta tabungan. Besar kecilnya tabungan ini baik dari segi individu maupun agregat akan jadi taruhan negara dalam upaya menjadi negara maju.
“Kalau kita mampu memanfaatkan bonus demografi dan penduduk memiliki pendapatan yang tinggi, maka kita bisa menjadi negara maju. Kalau tidak bisa memanfaatkannya, maka bonus demografi akan menjadi sia-sia atau gagal,” tandas Muhadjir.