Malang, SERU.co.id – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (Menko PMK RI) menyoroti Disrupsi Teknologi Artificial Intelligence (AI) yang sangat masif di berbagai bidang. Dari 5 (lima) bidang yang ditangani Kemenko PMK, bidang pendidikan menjadi bahan diskusinya bersama civitas Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Menko PMK RI, Prof. Dr. Pratikno MSoc Sc mengatakan, disrupsi teknologi Artificial Intelligence (AI) sudah sangat masif. Bahkan mendisrupsi berbagai bidang, serta berbagai implikasi/dampaknya, salah satunya di bidang pendidikan.
“Ada lima bidang Kemenko PMK yang benar-benar terdisrupsi dengan perkembangan teknologi. Mulai keluarga dan kependudukan, kesehatan, pendidikan, karakter dan jati diri bangsa, hingga bencana dan konflik sosial,” seru Pratikno, dalam sharing session ‘Tranformasi Politik Pembangunan untuk Visi Indonesia Emas’ bersama sivitas akademika UMM, Senin (14/7/2025).
Dicontohkannya bidang kesehatan, dimana masyarakat kini lebih banyak ‘mager’ karena penggunaan gawai. Hal ini mengakibatkan kurangnya aktivitas fisik hingga depresi, karena terlalu banyak informasi yang diperoleh. Apalagi melihat screen time orang indonesia mencapai rata-rata 7,5 jam sehari.
“Bahkan Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan kunjungan ke aplikasi artificial intelligence (AI) terbanyak di dunia,” ucap mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
baca juga: UB Launching AI Center, Kolaborasi Riset Multidisiplin dalam Meningkatkan Kualitas Penelitian
Menurutnya, disrupsi teknologi saat ini berbeda dengan disrupsi fase sebelumnya. Dulu ketika revolusi teknologi terjadi di Eropa, butuh waktu ratusan tahun untuk bisa sampai di Indonesia.
“Kami di Kemenko PMK khawatir, bukan hanya terkait implikasi negatifnya saja, tapi juga disparitas kehidupan manusia. Teknologi membantu meningkatkan produktivitas bagi yang bisa memanfaatkannya. Tapi yang tidak mampu, tentu akan tertinggal bahkan jadi korban,” terangnya.
Contoh lainnya, ketika Bill Gates mengeluarkan program teknologi baru, hanya butuh satu minggu bahkan beberapa hari saja hingga sampai di Indonesia. Era ini merupakan era konvergensi dan AI, ditandai dengan munculnya AI sebagai kekuatan transformatif.
“Berbagai bidang terpengaruh oleh kehadiran AI. Mulai dari bidang politik dan demokrasi, ekonomi dan bisnis, pendidikan, dan lainnya,” kata mantan Mensesneg ke-17 era Presiden Joko Widodo ini.
Terkait disrupsi teknologi di bidang pendidikan, Pratikno menyampaikan, sederet pola penggunaan AI oleh siswa maupun mahasiswa. Termasuk bagaimana AI menggantikan mesin pencari tradisional, chech grammar, summarize document, parafrase, hingga karya akademik. Sayangnya, hal ini memberikan implikasi negatif, yakni peningkatan masalah kecurangan dan kecurangan yang semakin sulit dideteksi.
Perubahan ini juga membuat mahasiswa kehilangan kesempatan untuk mengembangkan critical thinking melalui analisis dan sintesis. Membangun komposisi original dan membangun domain knowledge melalui riset dan eksplorasi. Termasuk juga kehilangan kesempatan untuk membangun rasa ingin tahu lewat proses bertanya mandiri dan pengembangan keterampilan riset.
“Perkembangan teknologi, termasuk AI, menurunkan interaksi human to human, menghilangkan intelejensi emosi dan homogenisasi pengalaman pembelajaran. Bahkan juga mengesampingkan pemikiran yang non-konvensional,” tegasnya.
Maka, ia mengajak UMM sebagai salah satu kampus top Indonesia untuk memikirkan ombak besar perubahan dalam kehidupan manusia. Memahami, menavigasi, membaca, dan mengubahnya menjadi kekuatan memajukan peradaban. Ia mendorong, agar perguruan tinggi mampu menyiapkan mahasiswa untuk masa depan, bukan malah menyiapkan untuk pekerjaan yang akan hilang atau bahkan sudah hilang.
“Adapun Kemenko PMK memiliki dan menjalankan program Human-Centered AI. Jadi AI bukan mengambil alih, tapi mendorong peningkatan produktivitas manusia. Memberikan jalan untuk menyelesaikan masalah nyata, termasuk dalam proses orkrestasi kebijakan yang baik. Caranya dengan menguatkan aspek literasi dan edukasi, riset dan inovasi, sehingga lahir SDM unggul yang bijak dan cerdas ber-AI,” bebernya.
baca juga: Apa Itu Artificial Intelligence, Memudahkan atau Ancaman?
Sementara itu, Rektor UMM, Prof. Nazaruddin Malik MSi mengatakan, UMM memang sedang fokus dalam pengembangan teknologi dan memberikan dampak pada masyarakat. Pihaknya terus berupaya menciptakan transformasi yang ideal untuk perguruan tinggi dalam pembangunan kualitas manusia, utamanya untuk menghadapi masa depan.
“Apalagi Pak Pratikno juga sangat intens melihat dan mengupayakan bagaimana teknologi digital mampu membangun peradaban baru. Maka perguruan tinggi, termasuk UMM, harus bisa selangkah lebih maju di depan untuk memanfaatkan teknologi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat,” katanya.
Kesempatan tersebut juga bisa menjadi momen untuk memikirkan dan merekonstruksikan kembali bidang-bidang yang ditekuni. Baik di tingkat prodi maupun fakultas. Dengan begitu, hal ini bisa dijadikan keunggulan baru di UMM, khususnya untuk berkontribusi bagi bangsa dan negara. (rhd)