Batu, SERU.co.id – Angka prevalensi stunting di Kota Batu diketahui sebesar 14,6 persen. Angka ini diperoleh dari hasil bulan timbang Februari 2022. Sementara pada bulan Agustus tahun lalu, prevalensi stunting sebesar 13,8 persen yang artinya ada kenaikan sebesar 0,8 persen.
Satgas Stunting BKKBN Jatim, Salma Safifri mengatakan, kenaikan angka tersebut diketahui dari jumlah Balita yang datang ke Posyandu. Jumlah Balita yang tercatat pada Agustus 2021 sebanyak 8.559 Balita. Saat dihitung pada Februari 2022 ada 10.350 Balita sehingga ada peningkatan sebanyak 1.791 Balita.
“Meningkatnya Balita ini yang menjadi sebab angka prevalensi naik,” seru Salma, sapaan akrabnya.
Technical assistant (TA) Kota Batu di DP3AP2KB ini menuturkan, Pemkot Batu sudah melakukan pendataan terkait meningkatnya prevalensi. Ada delapan kategori pendataan keluarga yang beresiko stunting. Contohnya akses terhadap sumber pangan, air bersih, akses jamban sehat dan ibu melahirkan dengan risiko tinggi.
“Dari pendataan keluarga tahun 2021, di Kota Batu ada 16.771 keluarga beresiko stunting dari 58.508 keluarga,” ujarnya.
Pihaknya juga mencatat ada tiga desa yang memiliki prevalensi stunting cukup tinggi. Yaitu Desa Tulungrejo, Giripurno dan Sumber Brantas. DI Tulungrejo, dari 446 Balita terdapat 92 Balita stunting, di Desa Giripurno dari 725 Balita sebanyak 152 dinyatakan stunting.
“Di Desa Sumberbrantas, dari 264 Balita, 73 di antaranya dinyatakan stunting,” imbuhnya.