Eskalasi Pasien Covid-19, RSSA Tambah Bed Incovid

Pavilium yang disulap menjadi ruangan incovid. (ws1) - Eskalasi Pasien Covid-19, RSSA Tambah Bed Incovid
Pavilium yang disulap menjadi ruangan incovid. (ws1)

Malang, SERU.co.id – Tren pasien yang terkonfirmasi positif belum mengalami penurunan selama ini. Merespon hal ini, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang melakukan penambahan bed untuk pasien incovid, Kamis (21/1/2021).

“Kenapa ditambah? Karena eskalasi pasien masuk akhir-akhir ini meningkat. Bukan hanya di RSSA, bahkan di Malang sampai provinsi,” seru Kabag Humas RSSA Dony Iryan Vebri Prasetyo, mendampingi Direktur RSSA Malang Dr dr Kohar Hari Santoso SpAn KIC KAP.

Bacaan Lainnya

Selain jumlah pasien yang terus meningkat, lanjut Dony, ada alasan lain penambahan bed tersebut dari pihak terkait.

“Ada instruksi Kemenkes bahwa rumah sakit rujukan, rumah sakit vertikalnya Kemenkes itu harus menambah prosentase bed sampai 30 persen atau 50 persen. Kita mencoba melaksanakan instruksi itu,” papar Dony, ditemui di loby RSSA lantai 3.

Kepala Humas RSSA Dony Iryan. (ws1) - Eskalasi Pasien Covid-19, RSSA Tambah Bed Incovid
Kepala Humas RSSA Dony Iryan. (ws1)

Disebutkannya, ketika awal paviliun dirubah Incovid, masih memiliki sekitar 83 bed. Seiring perjalanan waktu, penambahan bed dilakukan bertahap.

“Saat ini dengan tahapan-tahapan sudah 141. Jadi tambahannya 58 bed. Existing 141 itu bor-nya juga 80 sampai 85. Meskipun ditambah tetap tinggi karena eskalasinya tinggi,” beber Dony.

Pihak RSSA menjelaskan, kalau dilihat keterisian 80 sampai 85 persen, artinya rata-rata 15 persen kekosongan.

“Tapi jangan dilihat dari situ. Kalau di breakdown, logikanya yang kosong ini adalah ruangan untuk ibu melahirkan/obgyn. Kosong memang tapi orang yang mengantri itu (pasien incovid) laki-laki,”  jelasnya.

Disinggung proses pengalihan beberapa ruang yang disulap menjadi ruang Incovid, tidak sembarangan mengubah begitu saja.

“Modifikasi ini yang perlu waktu, harus memikirkan sarana-prasarananya. Karena ruang isolasi itu khusus, tidak seperti biasa, ada monitornya, ada cctvnya. Kita tidak bisa masuk setiap saat, kita kontrolnya pakai cctv. Selain itu juga memikirkan tenaga kesehatannya (nakes),” papar bapak dua anak ini.

Perihal ventilator, pihaknya mengungkapkan ada 10 ventilator yang tersedia. Namun itu khusus bagi Incovid yang memang digunakan khusus.

“Kita ada 10 ventilator yang aktif. Sebenarnya ICU reguler ada, cuma Covid-19 itu tidak bisa dicampur. Kenapa kok tidak ditambah, karena tenaganya satu set ICU harus ada bagian monitornya, dan ada lain-lain. Tapi kita akan berusaha tambah lagi,” tutur Dony, kepada SERU.co.id.

Tidak semua pasien langsung masuk ke Incovid, ada beberapa tahapan yang harus dilalui. Sehingga pasien harus berhenti di ruangan sendiri untuk isolasi mandiri sambil menunggu hasil keluar.

“Semua yang di incovid sudah terkonfirmasi positif. Kalau belum positif kita tapis di depan, di tes dua kali negatif, baru kita masuk reguler,” tandasnya. (ws1/rhd)

disclaimer

Pos terkait