Riska Sudah Tak Sabar Ingin Sekolah Biasa

RINDU : Suasana sekolah semasa belum pandemi Covid -19. (dok) - Riska Sudah Tak Sabar Ingin Sekolah Biasa
RINDU : Suasana sekolah semasa belum pandemi Covid -19. (dok)
Kisah Rindu Sekolah Tatap Muka di Masa Pandemi Covid-19

Malang, SERU.co.id – Riska mengaku rindu dengan teman-teman sekolahnya termasuk rindu dengan suasana kelas. Hal itu diungkapkan siswi kelas 9 SMPN 11 Malang yang bernama lengkap, Riska Windi Rosendi (15) ketika ditanya soal sekolah, kemarin. Betapa tidak, ia sejak awal Maret hingga akhir November 2020 ini tidak pernah sekolah tatap muka alias hanya online saja.

Kerinduan bercengkrama dengan teman sekolah terlihat jelas saat ada informasi beberapa sekolah kembali belajar secara tatap muka. Di Malang, hanya ada beberapa sekolah yang menjadi percobaan pembelajaran tatap muka (PTM) terutama untuk SMK yang harus menjalankan praktik.

Bacaan Lainnya

“Pasti rindu itu ada, karena sudah beberapa bulan tidak ketemu langsung dengan teman-teman, ibu dan bapak guru. Ya saya hanya berharap pandemi ini segera berakhir hingga tidak sesusah sekarang. Saya bosan seklah daring terus,” kata Riska ketika ditemui di rumahnya.

Delapan bulan para siswa harus mengikuti kelas dalam jaringan (daring) dengan suasana berbeda. Tak bertemu teman sekelas, tak pula berinteraksi fisik dengan guru. Perasaan rindu yang dialami Riska juga dialami oleh Ahmad Jilan, salah satu siswi kelas 7 di SMP Negeri 1 Kota Batu.

Ia mengungkapkan betapa ingin bertemu dengan temannya saat harus masuk di jenjang SMP. Pasalnya, sejak lulus SD hingga masuk SMP belum pernah melakukan sekolah tatap muka, bahkan ruang kelas saja tidak tahu bentuknya.

“Rasanya aneh saja sih sama sekolah. Masak semenjak lulus SD pada awal tahun lalu, sampai sekarang belum pernah sekolah. Apalagi ketemu teman sekolah yang baru ataupun guru,” kata Jilan, diterima di sekolahnya melalui jalur zonasi ini. 

Jilan mengaku orang tuanya sebenarnya kurang setuju dengan sistim belajar tatap muka ketika pengendalian wabah belum optimal. Ia menceritakan, kedua orang tuanya masih khawatir karena kasus keterjangkitan corona belum mereda.

“Belum setuju banget sih, soalnya masih new normal seperti ini,” jelasnya. Meski demikian, ia merasa lebih nyaman dengan sistim bertatap muka, karena pelajaran mudah dipahami. Selain itu, ia juga rindu berbagi cerita dengan temannya di sekolah.

Sebagaimana diketahui, Belum lama ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) sudah mengeluarkan izin untuk belajar tatap muka. Rencananya, kegiatan belajar secara luring tersebut dilakukan pada bulan Januari 2021 untuk semua zona meski pandemi belum berakhir.

Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Malang, Sutiaji mengungkapkan, sejak bulan Juni 2020 lalu, sejumlah sekolah di Kota Malang sudah memberikan skema, bahkan melakukan simulasi untuk pembelajaran tatap muka.

“Kami menyambut baik hal tersebut. Sebelumnya, kami sudah melakukan simulasi di beberapa sekolah SD dan SMP. Serta, kami juga sudah melakukan pendekatan. Berdasarkan hasil survey, sebanyak 73 persen menghendaki murni tatap muka, 16 perseb masih ingin daring dan sisanya fifty-fifty,” terang dia, akhir pekan lalu.

Sutiaji menguraikan, upaya sosialisasi dan pendekatan, utamanya terhadap wali murid terkait kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan juga terus dilakukan.

 “Basic penegakan disiplin yakni punishment. Jika ada yang melanggar (penerapan protokol kesehatan), tidak hanya pihak sekolah saja yang diberi hukuman, tapi wali muridnya juga,” papar dia.

Nantinya, saat pelaksanaan pembelajaran tatap muka, pihaknya akan menerapkan aturan kapasitas sebesar 50 persen dari total kapasitas yang ada. “Nanti, pihak sekolah juga harus menyediakan cuci tangan, mewajibkan penggunaan masker. Serta, satu minggu sekali tempat duduk akan diselang-seling dan juga dilakukan fogging,” kata dia. (red)

disclaimer

Pos terkait