Strategi Dosen UB Lewat Jagoan Banyuwangi Berhasil Bantu UMKM dan Tekan Pengangguran

Strategi Dosen UB Lewat Jagoan Banyuwangi Berhasil Bantu UMKM dan Tekan Pengangguran
Jagoan Banyuwangi mengusung metode partisipatif. (ist)

Banyuwangi, SERU.co.id – Program inkubasi bisnis bertajuk ‘Jagoan Banyuwangi’ garapan dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB UB), Dias Satria SE MAppEc PhD, terbukti berkontribusi nyata. Program ini mampu memberdayakan ribuan pelaku UMKM sekaligus menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan di Banyuwangi. Bahkan salah satu alumni program ini diangkat sebagai Duta Pertanian Kementerian Pertanian karena inovasi menonjol.

Dias mengatakan, program ini menggunakan pendekatan kurikulum internasional dari kampus-kampus top dunia. Seperti Harvard dan Stanford.

Bacaan Lainnya

“Jagoan Banyuwangi mengusung metode partisipatif. Seperti Lego Serious Play, board game bisnis dan berbagai model permainan interaktif yang memudahkan pemahaman dan praktik kewirausahaan di lapangan,” seru Dias.

Dias Satria terdorong untuk menerapkannya di berbagai daerah lain. (ist)
Dias Satria terdorong untuk menerapkannya di berbagai daerah lain. (ist)

Sementara itu, Kepala Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Pemerintahan Pemkab Banyuwangi, Lusi Herawati SE MSc menyatakan, program ini telah mendorong ekspansi UMKM secara konkret.

“Beberapa pelaku usaha yang sebelumnya hanya mempekerjakan lima orang, kini telah berkembang hingga memiliki 20 pekerja. Produk pertanian pun sudah mulai menembus pasar Bali melalui Lotte Mart,” ujarnya, Rabu (16/7/2025).

Salah satu alumni program ini bahkan diangkat sebagai Duta Pertanian Kementerian Pertanian berkat inovasinya yang menonjol. Dampak ekonomi secara makro juga terasa.

“Angka kemiskinan di Banyuwangi turun dari 8,07 persen pada 2021 menjadi 6,54 persen di tahun 2024. Sementara pendapatan per kapita masyarakat naik dari Rp49,99 juta menjadi Rp62,08 juta per tahun,” jelas Lusi.

Dias melanjutkan, keunggulan program ‘Jagoan Banyuwangi’ juga terletak pada kolaborasi strategis lintas sektor. Dias menggandeng berbagai lembaga negara seperti Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Bank Indonesia (BI).

“Setiap lembaga berperan sesuai kewenangannya. Misalnya, Kemenkeu terlibat lewat fasilitasi pembiayaan Ultra Mikro dari Pusat Investasi Pemerintah (PIP). Kemudian edukasi pajak untuk UMKM dan dukungan ekspor-impor lewat Bea Cukai,” ungkapnya.

Jagoan Banyuwangi mencakup tiga program utama:

  1. Jagoan Tani (untuk sektor pertanian)
  2. Jagoan Digital (startup dan digitalisasi)
  3. Jagoan Bisnis (pengembangan usaha muda)

Peserta bisa mendaftar secara individu atau kelompok minimal dua orang. Setelah lolos seleksi, mereka akan mengikuti proses inkubasi yang mencakup mentoring intensif, pelatihan membuat business surveillance, membangun networking, hingga membuka akses pasar. Bahkan, peserta juga berkesempatan mendapatkan bantuan modal usaha.

Kesuksesan model ini mendorong Dias untuk menerapkannya di berbagai daerah lain. Di antaranya ‘Cah Preneur’ di Blitar, ‘Pehneur Kediri’ di Kediri, ‘Meg Preneur’ di Lamongan dan ‘Kita Tani Muda’ di Semarang.

“Namun keberlanjutan program sangat tergantung pada komitmen kepala daerah. Sering kali, ketika kepemimpinan berganti, program berhenti. Padahal membangun ekosistem butuh waktu,” pungkasnya. (aan/mzm)

 

disclaimer

Pos terkait