Malang, SERU.co.id – Tukul Winarno (67), warga Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang telah menggeluti usaha pande besi atau pembuat sabit sejak tahun 1980 dan masih bertahan hingga kini.
Pembuat Sabit di Kecamatan Kromengan, Tukul Winarno mengaku, usahanya tersebut sudah mulai dirinya rintis sejak 30 tahunan lalu. Hingga sekarang sudah banyak inovasi yang mempermudah pembuatan alat potong rumput tradisional tersebut.
“Kalau dulu kan manual, kalau sekarang pake mesin tumbuk, orangnya gak mukul seperti dulu. Kalau dulu itu minimal 3 – 4 orang baru bisa kerja. Sekarang 1 – 2 orang pun bisa, dulu saya karyawan 10 orang, tapi sekarang 3 orang sudah cukup,” seru Tukul, saat dikonfirmasi SERU.co.id, Kamis (3/7/2025).
Tukul mengatakan, di desanya tidak hanya ia saja yang menggeluti usaha tersebut. Setidaknya saat ini masih ada 54 pande besi yang masih bertahan.
“Satu desa ini ada 54 orang yang pengerajin, paling banyak RW 03 ada 36 pande. Sebelumnya ada 60 lebih, karena sudah ada yang meninggal, ada yang sudah tidak bikin lagi,” ungkapnya.
Tukul menjelaskan, pengiriman hasil kerajinan mereka dulu sempat dijual hingga ke luar pulau Jawa. Namun kini, hanya hanya melayani permintaan dari beberapa daerah sekitar saja. Meskipun mengalami penurunan pasar, permintaan langganan tetap stabil.
“Kalau sekarang kan pengiriman keluar Jawa juga masih ada, kebanyakan kebanyakan ini lokalan lah. Malang Raya, Blitar, Kediri,” bebernya.
baca juga: Didik Nini Thowok: Pentingnya Belajar Seni Budaya Bagi Generasi Muda
Ia mengaku, kendala yang dialami adalah pasokan arang untuk memasak besi tersebut. Namun hal tersebut tidaklah menjadi penghalang yang begitu berarti. Dan untuk bahan baku yang dibutuhkan sudah dipasok dari daerah Malang saja.
Dikatakan Tukul, setiap harinya para karyawannya ditarget memproduksi 10 buah sabit guna memenuhi permintaan pasar. Sedangkan harga yang dibandrol, ia mengatakan mulai dari harga Rp35-40 ribu, tergantung ukuran. (wul/mzm)