Festival Budaya Polowijen Semarakkan Hari Tari Internasional, Hadirkan Tiga Kesenian Khas Malang

Festival Budaya Polowijen Semarakkan Hari Tari Internasional, Hadirkan Tiga Kesenian Khas Malang
Festival Budaya Polowijen menghadirkan kesenian khas Malang, sambut Hari Tari Internasional. (Ist)

Malang, SERU.co.id – Festival Budaya Polowijen kembali digelar di Kelurahan Polowijen, Kota Malang. Selain menjadi rangkaian HUT ke-111 Kota Malang, festival ini digelar untuk menyemarakkan Hari Tari Internasional dengan menghadirkan kesenian khas Malang.

Ketua Pokdarwis Kota Malang, Isa Wahyudi mengungkapkan, Festival Budaya Polowijen ke-8 merupakan rangkaian HUT ke-111 Kota Malang. Gelaran event ini sekaligus menandai ungkapan syukur kepada Tuhan atas kekayaan budaya Kota Malang.

Bacaan Lainnya

“Festival ini menjadi peringatan berdirinya Kampung Budaya Polowijen. Sekaligus menjelang Hari Tari Internasional, kami mengadakan lomba tari topeng, jaranan dan bantengan,” seru Ki Demang, sapaan akrabnya, Sabtu (26/4/25).

Ki Demang menjelaskan, ketiga jenis kesenian itu dipilih, karena merupakan kesenian daerah khas Malang. Festival ini menjadi salah satu cara melestarikan budaya yang ada di Kota Malang.

“Ketiganya merupakan satu rumpun kesenian yang etos besarnya adalah tokoh Panji. Panji dihadirkan dalam bentuk topeng, jaranan dan bantengan, sebagai sedulur papat limo pancer,” ungkapnya.

Festival Budaya Polowijen diikuti arak-arakan topeng menuju Makam Mbah Reni. (Ist)

Ki Demang mengatakan, meski Hari Tari Internasional baru diperingati tanggal 29 April mendatang, namun sudah disambut lebih awal. Pertimbangannya, yaitu memilih hari libur sehingga lebih fleksibel pelaksanaannya.

“Ada sekitar 100 peserta lomba tari. Lalu jaranannya tidak banyak kurang lebih hanya sekitar 20 peserta dan bantengan juga sekitar 20 peserta,” urainya.

Dalam kesempatan tersebut, juga ada arak-arakan Topeng Malangan menuju makam Mbah Reni. Peserta arak-arakan berjalan sejauh 100 meter dari panggung acara dengan penuh khidmat.

Baca juga: Parade Berkain dan Berkebaya Semarakkan HUT ke-111 Kota Malang dan Hari Kartini di Matos

“Tidak hanya ritual syukur, arak-arakan ini mengandung makna doa memohon perlindungan dan kelestarian budaya daerah kepada Tuhan. Sedangkan dari sisi penghormatan, kami ajak masyarakat menghormati Mbah Reni (Mpu Topeng), karena beliau membuat Topeng Malangan serta melestarikannya,” tutur Ketua Pokdarwis Kampung Tematik Kota Malang ini.

Ki Demang menambahkan, Festival Budaya Polowijen sekaligus menjadi sarana edukasi budaya kepada generasi muda. Pasalnya, di tengah perkembangan teknologi saat ini perlu upaya pelestarian budaya daerah, agar tetap lestari.

“Keanakaragaman budaya Kota Malang patut kita syukuri kepada Tuhan. Dengan kegiatan seperti ini, kita terus menanamkan nilai-nilai luhur kepada generasi muda,” tutupnya. (ws13/rhd)

Pos terkait