Malang, SERU.co.id – Suasana berbeda dan heboh terlihat di Hall Utama Malang Town Square (Matos), saat ratusan emak-emak berdandan mengenakan kain dan kebaya, Jumat (25/4/2025). Ratusan Kartini masa kini tersebut sedang mengikuti Parade Berkain dan Berkebaya menyemarakkan HUT ke-111 Kota Malang dan Hari Kartini di Matos.
Marcom Manager Matos, Sasmita Rahayu mengungkapkan, rangkaian HUT ke-111 Kota Malang dan Hari Kartini di Matos berlangsung selama tujuh hari. Terhitung sejak tanggal 22-27 April 2025, setiap hari terdapat event perlombaan yang berbeda-beda.
“Ini rangkaian acara HUT ke-111 Kota Malang dan Hari Kartini. Dan sore ini, kami bekerja sama dengan KCBI (Komunitas Cinta Berkain Indonesia) Malang Raya,” seru Sasmita, Jumat (25/4/2025).
Sasmita mengaku, bangga melihat ratusan perempuan mengenakan kain dan kebaya. Menurutnya, momen ini merupakan upaya melestarikan budaya Nusantara, baik masa lalu, masa kini dan masa depan.
“Di sini luar biasa, ada 300-an lebih yang menonton dan mengikuti parade berkain dan berkebaya. Ini menunjukkan kecintaan kita kepada budaya berkebaya dan berkain untuk Kota Malang,” ujarnya.
Sasmita menuturkan, acara ini melibatkan 30 komunitas perempuan se-Malang Raya, dengan 22 komunitas di antaranya terlibat penampilan parade. Parade ini diikuti oleh 198 peserta yang sudah melakukan registrasi dan masih ada yang meminta tambahan untuk registrasi.
“Kami ambil lima pemenang dan top sepuluh yang masuk nominasi. Hadiahnya bermacam-macam, seperti voucher belanja, vacation dari Aston Hotel dan Aria Gajayana, hadiah peralatan dari klinik MOS, hingga airpods senilai Rp3 juta, Total hadiah Rp40 jutaan,” bebernya.
Sasmita melanjutkan, sebelum Parade Berkain dan Berkebaya digelar, pihaknya menggelar School Celebration Perayaan HUT ke-111 Kota Malang. Para siswa juga mengenakan kebaya dalam rangka menyambut Hari Kartini.
“Kalau hari Sabtu besok Itu menyatukan ritme gerakan dari mulai tradisional sampai modern dance. Sedangkan di hari Minggu lomba fashion kebaya untuk anak-anak sampai usia dewasa,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua KCBI Kota Malang, Siska Sayekti menuturkan, rangkaian kegiatan ini menyemarakkan dua momen sekaligus. Ia berharap, di momen HUT ke-111 Kota Malang dan Hari Kartini dapat meningkatkan kecintaan pada budaya lokal, khususnya berkain dan berkebaya.
“Banyak komunitas pelestari budaya dan komunitas wanita yang terlibat. Kami berharap, adanya event seperti ini Pemkot Malang dapat berkolaborasi bersama kami mengenalkan budaya berkebaya,” ujarnya.
Disebutkannya, dengan berkain dan berkebaya, mereka menunjukkan kecintaan kepada budaya bangsa. Maka tugas mereka untuk melestarikan budaya berkain dan berkebaya harus di-estafet-kan kepada generasi muda.
“Budaya berkain dan berkebaya merupakan warisan budaya bangsa, maka tugas kita sebagai emak-emak untuk melestarikan kepada anak cucu kita. Sebab berkain dan berkebaya bukan hanya budaya masa lalu, namun juga budaya masa kini dan masa depan,” ungkap Siska.
Menurut Siska, banyak hal dapat dilakukan bersama sesuai tupoksi masing-masing. Pemerintah daerah bisa mengeluarkan peraturan khusus hari berkain dan berkebaya, sedangkan pihaknya mengenalkan cara berkebaya yang benar.
“Kami juga melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah, agar para guru dan siswa mengenal cara memakai kain dan kebaya yang tepat. Sehingga, generasi muda bisa mencintai budaya lokal dan mengetahui jenis kebaya hingga cara memakainya,” paparnya.
Siska tak memungkiri, jarang ada generasi muda terlibat dalam pelestarian budaya. Ia mengungkapkan, dalam waktu dekat akan mengenalkan budaya lokal dengan mengundang perwakilan siswa dari beberapa sekolah.
“Kami ingin membangkitkan kecintaan terhadap budaya lokal. Nantinya mereka yang mewakili sekolah akan mendapatkan pelatihan dari kami,” pungkasnya.
Perempuan bersanggul itu berharap, dengan parade ini akan semakin banyak generasi muda mengenal kebaya. Upaya pelestarian kebaya dan kain membutuhkan kolaborasi berbagai pihak, terutama generasi muda sebagai generasi penerus bangsa. (ws13/rhd)