Malang, SERU.co.id – Sejarah keramahan warga dan kultur budaya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Peniwen, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Desa yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen tersebut, memanfaatkan rumah-rumah penduduk sebagai homestay para tamu yang berkunjung dengan pelayanan hangat.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Malang, Purwoto menerangkan, tak hanya penganut agama Kristen. Desa Peniwen juga memiliki warga yang menganut agama Islam dan Hindu, mereka hidup secara berdampingan dan rukun. Solidaritas antar agama ini menjadi penghangat dan menghidupkan desa sebagai lokasi wisata dengan berbagai kegiatan menarik.
“Meskipun mayoritas penduduknya Kristen, Peniwen kini dihuni oleh masyarakat berbagai agama, termasuk Islam dan Hindu, mencerminkan kerukunan dalam keberagaman. Desa ini memiliki tradisi unduh-unduh dan Festival Wisata Budaya Pasar Sorbon (Ngisor kebon) diadakan di bawah kebun coklat yang rindang. Sehingga semakin menambah daya tarik wisata desa tersebut,” seru Purwoto.
Purwoto menjelaskan, Desa Peniwen memiliki sejarah panjang dimulai pada tahun 1880 oleh 20 orang yang dipimpin oleh Kiai Sakejus. Seiring waktu menjadi sentra kegiatan Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW).
“Desa ini menawarkan pemandangan indah dengan lahan sawah sekitar 233 hektar dan terasering yang rapi. Peniwen juga dikenal dengan Monumen Peniwen Affair 19 Februari 1949, memperingati serangan milisi Belanda terhadap anggota Palang Merah Remaja,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Wisata Budaya Desa Peniwen (WBDP), Didik Baskoro (61) menjelaskan, kehangatan dan keramahan warga Desa Peniwen. Hal itu menjadi daya tarik wisatawan untuk menginap di desanya. Sehingga dirinya mengajak seluruh pengelola untuk memberikan pelayanan terbaik dan ramah kepada seluruh pengunjung.
“Kami suguhkan terkait kultur dan budaya, serta mengutamakan keramahtamahan warga bagaimana kita menyambut tamu yang datang. Terus bagaimana kita menjamu tamu di Griyo Ngasuh seperti apa, kami menekankan kepada teman-teman yang terlibat di penataan wisata. Ketika ada tamu yang datang ke Peniwen sini, harus semaksimal mungkin melayani seperti keluarga sendiri,” terang Didik, saat dikonfirmasi SERU.co.id.
Disebutkannya, Desa Peniwen menyediakan kegiatan sorbon atau pasar sor kebon (pasar di bawah kebun) yang sangat menarik. Kegiatan akan dilakukan jika ada tamu yang berkunjung diajak ke bawah pohon kakao yang rindang. Di situ, para warga menjual berbagai jajanan tradisional berbahan dasar singkong.
Dirinya menjelaskan, para pengunjung akan mendapatkan beberapa pengalaman kegiatan yang sangat menyenangkan di desa tersebut. Mereka akan diajarkan cara beternak, bertani dan belajar banyak sejarah di desa tersebut.
“Di sini kami mengenalkan berbagai kegiatan, seperti produksi olahan produk-produk desa, edukasi pertanian, beternak, hingga belajar karawitan. Itu salah satu paket yang kita suguhkan. Tadi malam ada juga api unggun, tamu menginginkan ada bakar-bakar, kami bisa menyiapkan,” ungkapnya.
Didik mengatakan, untuk tempat penginapan pengunjung, mereka memanfaatkan rumah-rumah warga yang disulap menjadi homestay. Hingga kini kurang lebih ada 30-40 unit rumah yang masih bertahan menjalankan bisnis tersebut dan masuk dalam kelompok kerja (pokja) homestay.
Pengunjung yang datang ke desa tersebut berasal dari berbagai daerah, seperti Bali, Jakarta, Surabaya, Kalimantan, Bogor dan masih banyak lagi. Dan tak jarang, wisatawan mancanegara juga turut berkunjung ke lokasi tersebut, seperti kegiatan pertukaran pelajar atau mahasiswa dari berbagai negara.
Dikatakan Didik, untuk tamu yang akan berkunjung ke Desa Wisata Peniwen biasanya sudah melakukan reservasi satu bulan sebelum kegiatan. Dengan menghubungi WhatsApp 081333950777 atau dapat mengunjungi akun Instagram @wisatabudayadesapeniwen.
Sebagai informasi, Desa Wisata Peniwen ini memiliki jarak tempuh kurang lebih sejauh 37,6 kilometer dari pusat Kota Malang. Atau memakan waktu tempuh selama 1 jam 15 menit. (wul/rhd)