Universitas Brawijaya Tuan Rumah SEAMEO, Diikuti 300 Peserta dari 45 Negara

Universitas Brawijaya Tuan Rumah SEAMEO, Diikuti 300 Peserta dari 45 Negara
Foto bersama jajaran UB, SEAMEO beserta peserta. (ist)

Malang, SERU.co.id – Universitas Brawijaya (UB) menjadi tuan rumah Sea Teacher SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization). Tema SEA Teacher 10th Batch Evaluation Meeting digelar melalui platform daring maupun luring ini diikuti sekitar 300 peserta dari 45 negara. Termasuk ASEAN dan mitra, seperti Perancis, Jepang, Jerman dan Kanada.

Rektor Universitas Brawijaya (UB), Prof. Widodo, SSi PhD MedSc menyampaikan, rasa bangganya karena menjadi tuan rumah kegiatan bergengsi ini. Ia menjelaskan, SEAMEO merupakan organisasi Asia Tenggara di bidang pendidikan.

Bacaan Lainnya

“SEAMEO dulunya hanya menaungi negara-negara ASEAN. Namun kini anggota-anggotanya sudah meluas seperti Jepang, Kanada, Jerman, dan Perancis,” seru Prof Widodo, Selasa (5/8/2025).

Peserta menyimak pemaparan pemateri. (ist)

SEAMEO digelar selama dua hari, Selasa-Rabu (5-6/8/2025), bertajuk SEA Teacher 10th Batch Evaluation Meeting. Prof. Widodo menyebut, momen ini penting bagi UB untuk membangun jejaring di dunia pendidikan antarnegara di kawasan Asia Tenggara dan mitra global lainnya. Acara ini juga digelar secara bergantian di beberapa universitas yang mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah.

“Ini adalah momen penting bagi Universitas Brawijaya dan momen membanggakan untuk membangun jejaring di bidang pendidikan,” jelas Prof. Widodo.

Sebagai informasi, SEAMEO adalah organisasi antar pemerintah yang beranggotakan 11 negara ASEAN. Salah satu programnya, SEA Teacher bertujuan memberikan pengalaman mengajar lintas budaya kepada mahasiswa pendidikan sebagai bekal menjadi guru profesional bertaraf global.

Menurut Prof. Widodo, negara-negara di Asia Tenggara memiliki banyak kesamaan, khususnya budaya, pembangunan karakter, serta penguatan sains dan teknologi dalam pendidikan. Pertemuan ini bertujuan mereview kegiatan pendidikan dan pengajaran yang telah dilakukan di masing-masing negara anggota. Serta mencari titik temu untuk pengembangan bersama di masa depan.

“Hal ini menjadi dasar penting dalam membahas isu-isu strategis di bidang pengajaran dan pengembangan guru. Kesamaan budaya menjadi kekuatan kolaboratif. Forum seperti ini penting untuk berbagi praktik terbaik dan memperkuat jaringan pendidikan lintas negara,” tegasnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Pelaksana Sea Teacher SEAMEO, Dr. Ive Emaliana SPd MPd mengungkapkan, total peserta yang hadir secara langsung di Algoritma Filkom ini sekitar 120 orang, 55 diantaranya berasal dari luar negeri. Secara keseluruhan total peserta sebanyak 300 orang meliputi luring maupun daring.

“45 Negara yang mengikuti bukan hanya Southeast Asia, tetapi juga affiliate member seperti Jepang dan Kanada,” ucapnya.

Awalnya ada 111 peserta luar negeri yang ikut serta dalam kegiatan ini, kemudian ada tambahan 20 orang. Dari Indonesia sendiri, peserta yang mengikuti secara daring sebanyak 154 orang.

Menurut Ive, kegiatan ini fokus pada evaluasi pelaksanaan program pertukaran calon guru (student teacher exchange) selama satu tahun terakhir. Dan menjadi fokus SEAMEO dalam melakukan pembenahan pendidikan di Asia Tenggara.

“Proses matching ini semacam jodoh-jodohan antar universitas, misalnya seperti UB mengirimkan lima calon guru ke University Malaya,” ujarnya.

Kegiatan ini juga dilengkapi cultural immersion yang diberikan oleh pihak UB, sehingga para peserta bisa berkeliling Kota Malang.

“Jadi intinya ada tiga kegiatan, pertama mereview hasil tahun lalu, kedua merumuskan improvement program untuk kedepannya, dan terakhir matching di antara mereka,” imbuhnya.

Sementara itu, Director of SEAMEO Secretariat, Datuk Dr. Habibah Abdul Rahim menjelaskan, SEA Teacher merupakan salah satu program prioritas SEAMEO yang fokus pada pendidikan, sains, dan budaya. SEA Teacher SEAMEO memiliki program prioritas yang mendukung revitalisasi pendidikan di Asia Tenggara. Melalui pelatihan guru yang akan menjadi guru-guru di masa depan.

“Setiap tiga atau empat tahun, pelajar akan berubah menjadi guru-guru di universitas di Asia Tenggara dan ini batch ke-10,” ujar Datuk Habibah.

Program SEA Teacher melibatkan pertukaran mahasiswa pendidikan dari berbagai universitas di Asia Tenggara. Mahasiswa calon guru ini mengajar di sekolah-sekolah mitra di negara lain, dan kemudian kembali membawa pengalaman untuk diterapkan di negara asal.

“Program ini telah berjalan dalam beberapa batch, dan untuk batch ke-10 ini, kami menyelenggarakan pertemuan evaluasi. Guna meninjau tantangan, peluang, serta pengembangan ke depan,” lanjutnya.

Setiap batch akan mengadakan perjumpaan penilaian, agar dapat memahami tantangan program ini. Serta peluang-peluang yang akan digunakan selanjutnya untuk pendidikan, sains dan budaya.

“Kami terdiri dari 11 negara anggota, dan salah satu prioritas kami dalam bidang pendidikan adalah revitalisasi pendidikan guru. SEA Teacher mendukung prioritas ini dengan memberikan pengalaman lintas negara bagi calon guru,” ujar wanita asal Brunei Darussalam ini.

Dalam batch ke-10 ini, tercatat 122 institusi berpartisipasi dan lebih dari 1.300 sertifikat telah dikirimkan kepada koordinator, mahasiswa, dan fasilitator yang terlibat. Menariknya, UB menjadi pilihan utama dari banyak institusi peserta sebagai lokasi penyelenggaraan evaluasi.

“Kami tidak menentukan universitas tuan rumah. Sebaliknya, kami mengajukan kepada institusi yang berpartisipasi untuk memilih. Universitas Brawijaya menjadi yang paling populer, sehingga kami meminta UB menjadi tuan rumah, dan mereka menerima dengan baik,” tandasnya. (rhd)

Pos terkait