Prof. Sholichin Gagas Konsep SMART-UB Efektif Kelola Sungai Berkelanjutan Tekan Beban Pencemaran

Prof. Sholichin Gagas Konsep SMART-UB Efektif Kelola Sungai Berkelanjutan Tekan Beban Pencemaran
Konsep SMART-UB diperlukan untuk mengurangi dampak negatif akibat beban pencemaran sungai. (ws13)

Malang, SERU.co.id – Prof Ir Moh Sholichin MT PhD IPU ASEAN Eng APEC Eng dikukuhkan sebagai guru besar aktif ke-33 di Fakultas Teknik UB. Profesor ke-423 UB itu menggagas konsep SMART-UB yang terbukti efektif untuk mengelola sungai berkelanjutan, karena mampu menekan beban pencemaran sungai.

Prof. Sholichin mengungkapkan, kualitas sungai sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, baik di sektor industri maupun domestik. Di tengah maraknya pencemaran, dibutuhkan konsep pengelolaan sungai yang memperhatikan strategi mitigasi untuk mengurangi dampak negatif akibat peningkatan beban pencemaran.

Bacaan Lainnya

“Selama ini, pengelolaan sungai kurang menekankan pentingnya pemantauan status kualitas air secara komprehensif dan faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, saya menggagas konsep SMART-UB (Sustamable Mirigation Approach for River Transformation, Utilization and Balance),” seru Prof. Sholicin.

Prof. Sholichin menjelaskan, konsep SMART-UB disusun untuk menghadapi perkembangan pengelolaan sungai dan lingkungan. Secara khusus dalam menghadapi peningkatan beban pencemaran, serta penurunan kualitas air di berbagai wilayah.

“Konsep SMART-UB menawarkan pendekatan yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan tata guna lahan. Konsep ini diujikan di Sungai Brantas, yang menunjukkan efektivitas dalam menekan tingkat pencemaran dan meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya air,” ungkapnya.

Ia memaparkan, dalam pengujian yang dilakukan di Sungai Brantas, diketahui kualitas air sungainya. Dengan memperhatikan tata guna lahan di sekitarnya, juga dapat dilakukan langkah mitigasi untuk menekan beban sampah yang masuk.

Prof Sholichin menjelaskan, konsep SMART-UB untuk pengelolaan sungai berkelanjutan. (ws13)

“Hasilnya, tingkat pencemaran di Sungai Brantas berada dikategori ringan hingga sedang, karena Kota Malang dekat dengan hilirnya dan ada aliran air dari PDAM. Tapi di Surabaya yang menjadi hulu dari sungai Brantas, level pencemarannya sudah mencapai sedang hingga berat,” terangnya.

Prof. Sholichin menguraikan, ada empat aspek yang ditekankan dalam gagasannya untuk mendukung kelestarian sungai dan keanekaragaman hayati. Di antaranya:

1. Strategi mitigasi mengurangi dampak peningkatan beban pencemaran
2. Transformasi kondisi sungai berdasarkan berbagai metode penelitian kualitas air.
3. Pemanfaatan air secara bijaksana.
4. Memperhatikan keseimbangan antara pemanfaatan dan fungsi ekologis.

Meski sudah diuji coba di Sungai Brantas, Prof. Sholichin menjelaskan, masih ada kekurangan dalam konsepnya. Hal tersebut terkait upaya meningkatkan kualitas air pasca terdampak pencemaran sungai.

Baca juga: Pakar Hukum dan Kedokteran UB Soroti Oknum Dokter Pelaku Dugaan Kasus Pelecehan Seksual

“Apakah ada kelemahannya? Masih ada. Jadi banyak hal yang perlu kita kembangkan, kami berkewajiban melakukan improvisasi untuk peningkatan kualitas air,” tuturnya.

Upaya menurunkan beban pencemaran sungai, kata Sholichin, juga perlu dilakukan atas dasar kesadaran bersama. Ia berpesan, agar semua pihak mampu membumikan kesadaran tersebut untuk memaksimalkan peran masyarakat, industri dan pemerintah dalam mengatasi pencemaran.

Ia menegaskan, perlunya mengoptimalkan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). IPAL merupakan sistem atau fasilitas yang dirancang untuk mengolah air limbah menjadi lebih bersih sebelum dibuang ke lingkungan.

“Semua industri harus ada IPAL. Di negara maju ada IPAL Komunal, jadi kalau sudah sesuai mutu standar baru boleh dibuang ke sungai. Kondisi tersebut sangat berbeda dengan di negara kita yang langsung membuang limbah ke sungai, sehingga perlu kesadaran dan peran bersama,” pungkasnya. (ws13/rhd)

Pos terkait