Universitas Ma Chung tidak hanya berfokus kepada prestasi akademik, tetapi juga responsif terhadap berbagai persoalan sosial, termasuk inklusivitas. Pendidikan, terutama di tingkat perguruan tinggi menjadi salah satu gerbang utama penanganan disabilitas secara inklusif. Penawar Special Learning Centre (PSLC) Johor Malaysia, Dr Ruwinah Abdul Karim menegaskan, orang tua, lembaga pendidikan dan kesehatan menjad faktor penting penanganan disabilitas.
“Saya harap orang tua mengerti dan mau mengikuti fasilitas yang disediakan pemerintah. Saya yakin di Indonesia punya berbagai program untuk disabilitas,” jelasnya, saat mengunjungi Kota Malang, Jumat (5/7/2024) lalu.
Meskipun Undang-Undang penyandang disabilitas No. 8 Tahun 2016 mewajibkan pemerintah mempekerjakan minimal 2 persen dan swasta minimal 1 persen penyandang disabilitas. Namun dalam kenyataannya, 63 persen penyandang disabilitas memilih berwirausaha, karena kurangnya akses pasar tenaga kerja. Hal tersebut membuat guru besar Universitas Ma Chung menyiapkan mouse untuk tunadaksa sebagai program kesetaraan disabilitas.
“Penyandang disabilitas memiliki potensi berkiprah dan berkesempatan sama dalam pendidikan dan pekerjaan. Salah satunya peluang belajar dan bekerja di kawasan Teknologi Informasi dan Komputer (TIK),” ujar Prof Dr Eng Romy Budhi ST MT MPd, Guru Besar Universitas Ma Chung bidang Ilmu Teknik Informatika.
Hebatnya, dengan menggandeng komunitas difabel Linksos Indonesia, mouse difabel karya Prof Romy ini akan diproduksi massal. Sehingga kebermanfaatannya tak hanya di Malang saja, namun juga bagi difabel se-Indonesia maupun mancanegara.
Tak hanya dosen, mahasiswa Teknik Informatika Universitas Ma Chung juga berhasil mengembangkan machine learning mendeteksi dan mengklasifikasi bahasa isyarat BISINDO. Hebatnya lagi, machine learning tersebut dikembangkan dari proyek tugas akhir.
“Proses penelitian saya tidak mudah, karena saya belum pernah sama sekali belajar bahasa isyarat. Namun saya ingin memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Harapannya dapat membantu komunitas yang membutuhkan dan menginspirasi pengembangan teknologi masa depan,” terang Nico Alexander, pengembang machine learning.
Tumbuh dan berkembangnya Universitas Ma Chung hingga usia 17 tahun ini, tentu tak terlepas dari perjalanan panjang yang ditorehkan oleh rektor-rektor sebelumnya. Perwakilan Yayasan Harapan Bangsa Sejahtera, Linggarjanto Budi Oetomo menilai, kemajuan Universitas Ma Chung sekarang ini tidak lepas dari orang-orang tulus.
“Terima kasih untuk semua sivitas akademik yang sudah totalitas bagi kemajuan kampus. Khususnya pihak-pihak yang mengharumkan dan memberikan energi positif, baik lewat tulisan maupun tindakan nyata,” tutur Linggar, sapaan akrabnya.