Malang, SERU.co.id – Rangkaian Dies Natalis ke-18 Universitas Ma Chung menyelenggarakan Seminar Nasional 2025 bertemakan Sinergi Inovasi, AI, dan Ekonomi Digital untuk Pemberdayaan Sosial. Dari tema besar Collective Impact for Sustaining Growth, yakni pendekatan strategis yang menekankan pentingnya sinergi berbagai pemangku kepentingan. Di antaranya akademisi, pelaku industri, pemerintah, komunitas, dan generasi muda.
Rektor Universitas Ma Chung, Prof. Dr. Ir. Stefanus Yufra M Taneo MS MSc mengatakan, tema tersebut refleksi mendalam atas situasi zaman yang semakin kompleks dan dinamis. Dimana kita hidup di era ketika kecerdasan buatan (AI), ekonomi digital, dan inovasi teknologi tidak lagi menjadi sekadar alat bantu. Melainkan telah menjadi kekuatan utama penggerak perubahan.
“Teknologi berkembang sangat cepat, tetapi pertanyaannya adalah untuk siapa dan oleh siapa teknologi ini berdampak? Inilah mengapa kami memilih menyoroti “Collective Impact”. Di tengah kecepatan dan kompleksitas transformasi digital, dibutuhkan kesadaran kolektif bahwa kemajuan tidak bisa lagi diraih secara individual atau sektoral semata,” seru Prof Yufra, sapaan akrabnya, Selasa (29/7/2025).
Menurutnya, Collective Impact bukan hanya jargom, melainkan pendekatan strategis yang menekankan pentingnya sinergi berbagai pemangku kepentingan. Inovasi, AI, dan ekonomi digital adalah instrumen. Namun untuk mengubah instrumen ini menjadi daya pemberdaya masyarakat, dibutuhkan tiga hal, yakni:
- infrastruktur literasi digital yang inklusif,
- etika dan nilai kemanusiaan dalam pemanfaatan teknologi, serta
- kesamaan visi antar sektor untuk menciptakan solusi yang tidak hanya canggih, tetapi juga relevan dan berdampak.
Melalui Seminar Nasional ini, Universitas Ma Chung meneguhkan kembali perannya sebagai katalisator kolaborasi lintas disiplin dan lintas generasi. Seminar ini tidak hanya menjadi panggung akademis, tetapi juga forum pemikiran dan aksi nyata yang menghubungkan hasil riset dengan kebutuhan masyarakat. Serta menumbuhkan budaya berpikir kritis dan reflektif di tengah derasnya arus digitalisasi.
“Lebih dari sekadar diskusi, seminar ini menjadi ruang tempat kita menyatukan pemikiran dan mendobrak sekat-sekat keilmuan. Serta menyemai semangat untuk menempatkan teknologi sebagai alat untuk memperkuat jati diri bangsa, bukan melemahkannya,” ungkap pria asal Soe, Nusa Tenggara Timur (NTT) ini.
Seminar hari ini mencakup lima sub-tema besar, yaitu:
- Ekonomi dan Bisnis, yang membahas isu-isu seperti AI dalam akuntansi, blockchain, Fintech, digital marketing, regulasi ekonomi digital, cryptocurrency, dan berbagai topik yang menarik lainnya.
- Bahasa dan Pendidikan, dengan topik-topik tentang pengajaran bahasa di era AI, sastra digital, dan penerjemahan berbasis teknologi.
- Teknologi dan Desain, mulai dari sistem informasi, DKV, teknik industri, hingga extended reality.
- Ilmu Kesehatan, termasuk inovasi dalam farmasi, gizi, dan pelayanan kesehatan berbasis teknologi.
- Pengabdian kepada Masyarakat, sebagai refleksi nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk transformasi sosial.
“Subtema-subtema yang akan digali hari ini merupakan gambaran, collective impact membutuhkan pendekatan interdisipliner yang nyata,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Seminar Nasional 2025, Bagas Brian Pratama STrAk MTrAk menjelaskan, latar belakang serta tujuan utama dari penyelenggaraan seminar ini. Pihaknya ingin menyediakan wadah bagi seluruh sivitas akademik di Indonesia untuk saling berbagi wawasan, memperkaya pengalaman dan mempertajam penalaran kritis.
“Mengenai sinergi dari inovasi, Artificial Intelligence (AI), dan Digital Economy untuk pemberdayaan sosial. Serta dampaknya secara kolektif, menanamkan budaya literasi dan mengembangkan sumber daya manusia sebagai upaya pengabdian masyarakat. Untuk menghadapi era digital yang terus berkembang pesat,” jelasnya.
baca juga: Ma Chung Media Award 2025, Wujud Kolaborasi dan Apresiasi Media Malang Raya
Seminar Nasional 2025 dihadiri ini oleh 820 peserta baik offline maupun online dari 111 institusi di seluruh Indonesia. Tidak hanya dari kalangan dosen dan mahasiswa, tetapi juga dari para profesional, akademisi, hingga siswa-siswi SMA yang turut serta dalam Ma Chung Accounting Olympiad (MAO) dan Ma Chung Economic Competition (MEC).
“Ini menandakan bahwa semangat untuk belajar, berbagi, dan berkontribusi bagi negeri, terus menyala di berbagai lapisan masyarakat,” jelasnya.
Turut menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai sektor, di antaranya:
– Tommy Zhu dan Andy Febrico Bintoro dari Youthpreneurs,
– Farid Faletehan selaku Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang,
– Untung Supardi selaku Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Timur III Malang, serta
– Cita Mellisa selaku Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Timur.
“Kehadiran para narasumber ini memperkaya diskusi lintas bidang dan memberikan perspektif praktis yang relevan dengan tema besar seminar,” tandasnya. (rhd)