• Sutiaji larang gunakan air minum kemasan
Kota Malang, SERU – Walikota Malang, H. Sutiaji, didampingi Wakil Walikota Malang dan Sekretaris Daerah, Ketua TP PKK Kota Malang dan Wakil Ketua I TP PKK Kota Malang, beserta seluruh ASN di lingkungan Pemkot Malang meluncurkan program Gerakan Angkat Sampah dan Sedimen (GASS), Jumat (27/12/2019) pagi. Program GASS akan berlangsung setiap hari Jumat hingga 27 Maret 2020.

Acara tersebut dibuka di Jalan Panggung dengan pelaksanaan apel pagi. Selanjutnya dilakukan kerja bakti bersama di sejumlah titik yang tersebar di Kota Malang, di antaranya jalan Panggung, Taman Gayam, Jalan Raya Langsep, Jalan S. Parman dan Jembatan Pasar Gadang.
GASS melibatkan ribuan orang mulai aparatur sipil negara (ASN) Pemkot Malang, warga, anggota TNI, perguruan tinggi, hingga kalangan perbankan juga ikut serta membersihkan drainase dari sampah dan sedimen. “Atas nama Pemkot Malang, kami menyampaikan ribuan terimakasih kepada semua komponen masyarakat yang sudah mau bahu membahu peduli betapa pentingnya kebersihan,” ungkapnya.
Menurut Sutiaji, gerakan ini merupakan wujud kepedulian kita pada lingkungan, khususnya dalam rangka membentuk kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. “Bukan hanya sekedar di launching, tapi sebuah gerakan yang harus benar-benar dilaksanakan sebagai kepedulian kita terhadap lingkungan,” serunya.
Sampah dan sedimen yang ada di aliran sungai, lanjutnya, harus diangkat agar normalisasi sungai dapat dilakukan. Mengingat saat ini curah hujan semakin tinggi jadi kemungkinan untuk terjadi banjir juga besar. “Karena selama ini di sungai maupun di gorong-gorong seringkali kita temukan tumpukan sampah yang menghambat aliran air,” tegasnya.
Disebutkannya, beberapa dinas terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang setiap minggunya keliling melakukan pembersihan sampah di selokan maupun saluran. Sayangnya hampir setiap minggu pula di lokasi yang sama masih didapati jumlah sampah yang sama.
“Misal di titik A, pada minggu ini dibersihkan, terkumpul satu truk sampah. Kemudian di minggu berikutnya ketika dibersihkan kembali jumlah sampah yang terkumpul tetap sama, satu truk. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan kebersihan membuang sampah pada tempatnya masih sangat amat memprihatinkan,” masygul pria nomor satu di Kota Malang ini.
Pada kesempatan tersebut, Walikota Sutiaji juga menyampaikan bahwa terhitung mulai hari ini, ia melarang penggunaan air mineral berkemasan di seluruh instansi yang ada di Kota Malang. “Kami akan memulainya di lingkungan Pemkot Malang, jika sampai ada yg masih menggunakan air mineral berkemasan, maka akan diberi sanksi. Kita harus mulai membiasakan diri menggunakan tumbler,” ajaknya.
Sementara itu, Guru Besar Bidang Konservasi Sumber Daya Air Teknik Pengairan, Universitas Brawijaya, Prof Dr Ir Mohammad Bisri MS, menyampaikan, harus ada kombinasi antara teknologi dan budaya, khususnya gotong royong dalam menyelesaikan permasalahan banjir di Kota Malang. “Beberapa teknologi seperti penerapan sumur injeksi maupun saluran air sudah kita lakukan. Tapi kemudian saya berfikir kalau hanya teknologi saja yang diterapkan, saya rasa tidak akan selesai. Harus ada kombinasi antara teknologi dan budaya,” sebutnya.
Saat ini pola gotong royong atau kerja bakti masyarakat menurun. Bahkan terkesan banyak yang acuh tak acuh. “Kalau teknologi terus kita suplay terus tanpa ada budaya, maka sumur injeksi, saluran air, hanya tinggal kenangan saja dan banjir akan terus terjadi. Maka harus kombinasi antara teknologi konservasi dan budaya dijadikan satu. Konsep program mengakomodir hal tersebut,” tandasnya. (rhd)