Kota Malang, SERU – Sekitar 72 perguruan tinggi baik PTN maupun PTS di Jawa Timur sepakat untuk bertransformasi dalam memberikan layanan literasi kepada masyarakat. Yang ditandai dengan penandatanganan MoU dengan pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI), di Gedung BAU, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rabu (20/11/2019).
Perwakilan dari setiap kampus secara bergantian melakukan MoU yang ditandatangani langsung oleh Kepala Perpusnas RI Muhammad Syarif Bando. Kesepakatan transformasi tersebut disaksikan 150 pustakawan dari seluruh Indonesia, yang turut dalam Seminar, Workshop, dan Musyawarah Daerah Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Jawa Timur 2019, dengan mengusung tema Pergeseran Paradigma untuk Perpustakaan di Era Society 5.0, di UMM, selama 3 hari (20-22/11/2019).

“Kehadiran peserta workshop yang diikuti 150 peserta ini tak hanya dari Jatim. Karena mereka juga tertarik dengan kegiatan FPPTI di Jatim ini. Sekaligus bisa menjadi contoh di daerahnya masing-masing. Bahkan saking membludaknya, kita sampai menolak peserta,” seru Ketua Panitia, Yeni Fitria Nurrahman, kepada SERU.co.id.
Terkait MoU, pustakawan dari Universitas NU Surabaya (UNUSA) ini menjelaskan, tujuannya adalah untuk memberikan akses yang seluas-luasnya antara perpustakaan perguruan tinggi dengan perpustakaan nasional (Perpusnas) RI. “Dari sini mereka bisa saling tukar informasi dan literasi yang ada di perpustakaan, akses e-jurnal, e-book dan lainnya. Selain itu, Perpusnas akan memberikan akses atas informasi dan literasi yang dibutuhkan oleh perpustakaan daerah maupun anggotanya,” jelas Yeni, sapaan akrabnya.
Sementara itu, Kepala Perpusnas RI Muhammad Syarif Bando, menghimbau pustakawan untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), baik pustakawan sendiri, civitas akademika, dan masyarakat umum. Dimana perpustakaan wajib melakukan update informasi, terutama konsep transfer knowledge. “Belum banyak Prodi yang mengajarkan bagaimana mengatur koleksi menjadi mengatur knowledge. Apalagi transfer knowledge,” bebernya.
Menurutnya, yang perlu dilakukan dan dimaksimalkan adalah peningkatan revolusi industri 4.0 menjadi society 5.0. Lantaran negara maju saat ini sudah tak lagi berkutat dengan pembahasan revolusi industri 4.0, namun sudah menuju society 5.0. “Mereka sudah jauh melakukan realisasi. Sebab itu, makna literasi jangan dipersempit seputar text book. Tapi bagaimana menciptakan barang dan jasa yang bermanfaat dan diakui dunia,” tandasnya.
Selain Kepala Perpusnas RI, Muhammad Syarif Bando, turut hadir sebagai narasumber lain, di antaranya Wakil Rektor I UMM, Prof Dr Syamsul Arifin, Ida Fajar Priyanto (UGM), Rikarda Ratih Saptaastuti (Universitas Katolik Soegijapranata) dan Felicia Goenawan (Universitas Kristen Petra Surabaya).
Ketua FPPTI Jawa Timur, Amirul Ulum, menjelaskan, musda adalah forum berakhirnya kepengurusan dan untuk memilih ketua baru periode 2019-2022. “Musda ini adalah bagian dari evaluasi. Bagaimana pengembangan pustakawan atau sumber daya manusia. Untuk ke depan, kita perlu memelihara sinergitas baik daerah maupun pusat,” serunya.
Harapannya, kepengurusan yang terpilih selanjutnya mampu mengemban amanah dengan baik. Sesuai dengan prinsipnya, yaitu independen dan egaliter. “Independen tidak terpengaruh dengan pihak lain. Egaliter adalah kita sama atau sejajar. Tidak ada perguruan tinggi yang besar dan kecil. Semuanya sama di sini,” tambah Pustakawan Universitas Surabaya (UBAYA) ini.
Acara yang diinisiasi oleh Perpustakaan Nasional RI, Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) dan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, merupakan kali kedua sejak dibentuknya FPPTI Jatim pada 2016, dengan melahirkan kepengurusan FPPTI periode 2016-2019. “Alasan kembali memilih UMM sebagai tempat pelaksanaan Musda FPPTI Jatim ini. Karena UMM menjadi tempat pertama kali terbentuknya FPPTI Jatim. Kita ingin mengulang sejarah dari Musda yang pertama, sekaligus ingin mengulang semangat itu kembali,” tandasnya.
Dalam kesempatan itu, Perpusnas langsung merespon keinginan Rektor UMM Fauzan, dengan memberikan 1 unit mobil pustaka yang dijanjikan akan diberikan pada akhir tahun 2019. “Ini sebuah kejutan, karena langsung direspon. Setidaknya, ini bentuk dukungan literasi yang telah dilakukan UMM selama ini. Bahwa saatnya literasi dilakukan dengan jemput bola dan dikembangkan dalam berbagai metode. Tak sekedar memberikan bacaan, namun juga tontonan dan hiburan,” papar Fauzan, kepada SERU.co.id. (rhd)