Kota Malang, SERU – Makanan tradisional Indonesia lahir dari kekayaan budaya dan alam yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Memiliki beragam bahan dan model sajian karena pengaruh adat istiadat dan kekayaan pangan. Tak sepenuhnya murni, ada pula teknik dan bahan-bahannya dipengaruhi oleh kultur lain kerana asimilasi, seperti dipengaruhi China, Timur Tengah, Eropa, dan lainnya, hingga memiliki cita rasa yang khas. Lengkap dengan kekayaan manfaat kesehatan, kearifan lokal dan nilai sejarah.
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, mencoba melakukan studi intensif dan penelitian tentang topik tersebut dalam “Indonesian Traditional Foods Short Course 2019” yang diikuti puluhan peserta dari India, Philipina dan Amerika Serikat, selama sepekan (7-13/10/2019). Tujuannya, untuk melestarikan dan mempromosikan keunggulan ragam masakan budaya Indonesia.
Dibimbing oleh pakar pangan dan praktisi industri makanan dan dikemas dalam serangkaian diskusi dan praktek langsung. Melalui program kursus singkat ini, para peserta memiliki pengetahuan tentang bahan baku makanan tradisional Indonesia, pengolahannya, kontrol kualitas, dan manfaat kesehatan, pengalaman sensasi rasa makanan tradisional Indonesia, serta memiliki pengalaman untuk berinteraksi dengan pengolah makanan tradisional Indonesia melalui kunjungan lapangan ke industri kecil.
Beberapa materi yang dibahas, di antaranya pangan tradisional berbasis nabati dan hewani, pangan fermentasi Indonesia, produksi putu lanang dan tiwul, serta kunjungan ke pasar tradisional, industri keripik tempe, kebuh Teh Wonosari, serta praktek di laboratorium Sensory FTP.
Dr. Kalaiselvi Senthil, salah satu peserta program asal Avinashilingam University for Women, Tamil Nadu, India, menyatakan kesannya ketika mencicipi klepon dan kunir asam. “Wah minuman ini segar sekali. Rasanya sedikit asam, tetapi pas untuk menyegarkan badan saat siang hari seperti ini. Kami sebenarnya juga mempunyai kue yang mirip klepon ini, tetapi tidak mempunyai isi. Kue kami juga umumnya dipanggang atau digoreng. Ternyata enak juga steamed cake seperti ini. Especially with the surprise inside. Its really sweet and nice,” paparnya.
Sementara itu, Benjamin L. Pecayo, Ed.D, dari President Northwest Samar State University – Filipina, mengatakan, kegiatan ini sangat bagus untuk pengalaman lintas budaya diantara peserta. Dimana seluruh peserta mendapat wawasan terkait pengenalan dasar, aspek kesehatan, dan proses produksi yang terlibat dalam mempertahankan kelayakan makanan tradisional Indonesia.
“Terimakasih untuk FTP UB yang telah menyelenggarakan program ini dengan sangat baik. Para peserta tidak saja bertambah wawasannya tentang rasa pangan khas Indonesia, tetapi juga bagaimana nutrisinya, sejarahnya, hingga ke dunia industri. Which is good for our industry 4.0 era nowadays,” tandasnya. (rhd)