Belum di Swab Dimasukan Ruang Isolasi Covid-19

Salah satu pasien di RS UMM Joned sedang menjalani perawatan bersama istrinya. (memo x/ist) - Belum di Swab Dimasukan Ruang Isolasi Covid-19
Salah satu pasien di RS UMM Joned sedang menjalani perawatan bersama istrinya. (memo x/ist)
Sedih Campur Kecewa

Malang, SERU.co.id – Perasaan sedih bercampur kecewa teraduk dalam lubuk hati paling dalam. Maklum saja, Juned bersama istrinya Indah Lestari, sejak Selasa 15 Desember 2020 kemarin, harus masuk RS Univeritas Muhammadiyah Malang (UMM).

Juned sedih lantaran harus meninggalkan anaknya di rumah seorang diri. Sedih lantaran melihat istrinya masih belum pulih kesehatannya seperti sedia kala. Berikutnya perasaan sedih itu berbalut rasa kecewa yang mendalam.

Bacaan Lainnya

Lantaran, dia bersama istrinya diwajibkan oleh tenaga medis setempat masuk ruang isolasi Covid-19 di RS UMM. Begitulah sepengal ungkapan perasaan sedih hatinya yang dia coba diungkapkan dalam tulisan ini.              

Untuk diketahui, kisah ini saya tulis dari ruang isolasi Covid-19 RS UMM di Kota Malang. Sengaja tulisan ini saya tulis secara bertutur, sebab tulisan bukan wawancara tetapi hasil pengalaman selama pemeriksaan kesehatan hingga masuk ke ruang isolasi Covid-19, inilah ceritanya…

Awalnya, istri saya mengeluhkan kondisi badan yang lemas dan terasa sakit beberapa persendian. Seperti biasa selama di rumah ditangani seadanya. Diberi minum teh hangat dan makan bubur secukupnya, termasuk badannya diusapi minyak kayu putih. 

Selama perawatan di rumah sekitar semalam, hasilnya kurang baik. Kondisi sakit itu ternyata masih saja terjadi. Selanjutnya, atas pertolongan seorang teman berhasil berobat ke dokter praktik umum di kawasan Sengkaling Malang.

Disitu diberi beberapa obat. Sayangnya istri saya susah mengkonsumsi obat yang diresepkan oleh dokter yang dikunjunginya. Alhasil, kondisi itu tetap saja tak membawa hasil seperti diharapkan.

Karena tidak bawa hasil, kuatir ada apa-apa (Kondisi yang lebih buruk lagi, Red) langsung kami larikan ke IGD (instalasi gawat darurat) RS UMM. Alhamdulillah masuk ke IGD langsung mendapat penanganan oleh tim medis.

Juga ditanya soal riwayat sakit hingga berbagai keluhan yang dialami. Proses perawatan di IGD cukup lama. Melihat hasil laboratorium beberapa spesimen sampai foto Rontgen. Sekitar pukul 11 siang beberapa hasil laboratorium sudah didapat.

Dimana, hasil tes rapid dinyatakan non reaktif, dan kondisi badan pasien sendiri masih lemah. Oleh awak medis disitu disuruh bersabar untuk menunggu hasil rontgen termasuk keputusan beberapa dokter berdasar data kesehatan yang ada.

Pukul 16.00 sepertinya ada pergantian dokter jaga dan para medis di ruang IGD tersebut. Saya sebagai penjaga pasien yang sakit sempat dipanggil salah satu dokter jaga. Disitu dijelaskan kondisi istri saya melalui foto rontgen.

Di foto tersebut dijelaskan kondisi paru-paru banyak putihnya. Artinya dalam paru itu banyak bakteri atau virus. Demikian keterangan si dokter perempuan yang memakai alat pelindung diri secara lengkap itu.

Yah memang semua awak medis terlihat memakai baju Alat Pelindung Diri (APD) yang amat lengkap.  Mulai pelindung muka (face shield) masker, baju plastik, celana plastik, sepatu plastik atau sepatu ditutup plastik dan sarung tangan tentunya. 

Kembali ke hasil rontgen, ternyata saya maupun istri tidak boleh langsung pulang. Masih tangan terinfus,  saya dan istri dipindahkan ke ruang isolasi covid. Jaraknya sekitar 100 meter lebih dari IGD.

Dipindahkan dengan naik ambulance. Dari situ bisa kita simpulkan bahwa masuk ke ruang isolasi Covid-19 yang isinya orang yang tengah masa penyembuhan covid. Tidak hanya berdasar hasil swab test atau tanda sebagaimana kita biasa terima tak bisa rasakan aroma,  dada sesak atau pernafasan terganggu.

Masuk ke isolasi covid yang kami alami ini hanya berdasar foto rontgen paru yang ada bakterinya atau virus, bukan berdasar hasil swab. Saya sendiri yang awalnya sebagai penunggu atau penjaga pasien atau istri terdampak juga berkumpul di isolasi. Melalui tulisan singkat ini semoga bisa menjadi pelajaran semua pihak. Harapannya, saya bersama keluarga berharap doa pembaca agar kami diberi kekuatan dan bisa sembuh dari sakit. (oleh juned)

disclaimer

Pos terkait