Polinema Kukuhkan Lima Guru Besar Berbagai Bidang Kepakaran

Polinema Kukuhkan Lima Guru Besar Berbagai Bidang Kepakaran
Lima guru besar baru Polinema. (rhd)

Malang, SERU.co.id – Politeknik Negeri Malang (Polinema) mengukuhkan 5 (lima) guru besar baru berbagai bidang kepakaran, sehingga total 15 profesor telah dilahirkan. Harapannya, semakin bertambahnya jumlah guru besar, menjadikan Polinema semakin unggul dan berkualitas dalam berbagai bidang pendidikan tinggi vokasi.

Direktur Polinema, Ir Supriatna Adhisuwignjo ST MT mengungkapkan, rasa syukur atas dikukuhkannya lima guru besar baru ini. Sehingga total ada 15 guru besar yang dimiliki Polinema hingga saat ini.

Bacaan Lainnya

“Alhamdulillah di tahun 2024 sampai dengan pertengahan 2025 ini Polinema bisa mengukuhkan 5 guru besar baru. Tentunya dengan bidang kepakaran masing-masing. Dari Teknik Sipil, Teknologi Informasi, Teknik Elektro, Teknik Kimia dan Administrasi Niaga,” seru Supriatna, sapaan akrabnya, usai pengukuhan Kamis (12/6/2025).

Direktur beserta jajarannya, kepala jurusan Polinema dan 5 guru besar baru. (rhd)

Menurut Supriatna, penambahan 5 guru besar ini akan menjadi salah satu keunggulan dalam menambah kualitas dari penyelenggaraan pendidikan di Polinema. Selain itu, tentunya akan menambah added value lainnya bagi kampus Polinema itu sendiri.

“Bagaimanapun juga, guru besar itu simbol dari kepakaran atau keahlian dari bidang keilmuan tertentu. Dengan semakin banyaknya dosen Polinema yang memiliki kepakaran dalam bidang tertentu, ini akan menjadi nilai tambah bagi kampus Polinema. Sekaligus memberikan kontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara dengan skala dan kapasitas sebagaimana dimiliki para guru besar,” tuturnya, kepada para awak media.

Pihaknya terus mendorong percepatan kepada para dosen yang sudah memenuhi syarat untuk bisa menjadi guru besar. Polinema mencoba mengajukan beberapa dosen yang sudah memenuhi syarat untuk diajukan menjadi guru besar.

“Insyaallah, tahun ini akan ada dua guru besar lagi yang sudah menerima SK, tinggal melaksanakan pengukuhan. Sembari menunggu SK lima guru besar lainnya yang sedang berproses untuk disetujui usulan guru besarnya. Mudah-mudahan bisa kita kukuhkan di akhir tahun 2025,” tandasnya.

Lima guru besar Polinema yang dikukuhkan, di antaranya:

  1. Prof. Dr. Dra. Nilawati Fiernaningsih MAB, dari Jurusan Administrasi Niaga.
  2. Prof. Dr. Mochammad Junus ST MT, dari Jurusan Teknik Elektro.
  3. Prof. Dr. Ir. Dwina Moentamaria MT, dari Jurusan Teknik Kimia.
  4. Prof. Dr. Akhmad Suryadi BS MT, dari Jurusan Teknik Sipil.
  5. Prof. DrEng. Ir. Rosa Andrie Asmara ST MT, dari Jurusan Teknologi Informasi.

 

Prof. Dr. Dra. Nilawati Fiernaningsih MAB

Prof. Dr. Dra. Nilawati Fiernaningsih MAB, dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam ranting ilmu/kepakaran Perilaku Organisasi. Dosen Jurusan Administrasi Niaga ini mengusung pidato pengukuhan berjudul “Upscalling Sinergisitas Perilaku Inovatif Dosen untuk Mewujudkan Visi Politeknik Negeri Malang.”

Dalam pidato yang dipaparkan, Prof Nilawati menyampaikan, pimpinan Polinema perlu memberi contoh berperilaku transglobal leadership. Kemudian secara organisasional memberikan support positif kepada dosen. Selain itu, memberikan otonomi kerja dosen yang jelas dan terarah.

“Karena telah menerima ketiga hal tersebut, dosen akan membalas dengan PID yang akan meningkatkan kinerjanya. Pada akhirnya kinerja total dosen akan membentuk kinerja Polinema,” terang Prof Nila, sapaan akrabnya.

Sinergisitas perilaku inovatif dan kepakaran dosen dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, ke depan memungkinkan memunculkan program studi baru yang betul-betul didukung oleh pakar di bidangnya.

“Sehingga tidak terjadi penelitian lintas bidang yang dikerjakan oleh pakar bidang tertentu yang merasa kompeten di bidang yang lain. Model prodi baru seperti itulah yang akan mampu menjawab atau mengimbangi tuntutan kebutuhan masyarakat ke depan,” tandasnya.

Prof. Nilawati Fiernaningsih, Prof. Mochammad Junus dan Prof. Dwina Moentamaria. (rhd)

 

Prof. Dr. Mochammad Junus ST MT

Prof. Dr. Mochammad Junus ST MT, dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam ranting ilmu/kepakaran Inovasi Pemanfaatan Energi Baru Terbarukan. Dosen Jurusan Teknik Elektro ini mengusung pidato pengukuhan berjudul “Inovasi dan Integrasi Energi Terbarukan: Jalan Menuju Indonesia Mandiri Energi.”

Menurutnya, Indonesia menyimpan potensi energi terbarukan yang luar biasa, dari cahaya matahari melimpah, aliran air tak pernah berhenti, hembusan angin di berbagai penjuru. Hingga kekayaan hayati yang bisa diolah menjadi bioenergi. Namun sejauh ini, pemanfaatan potensi tersebut masih jauh dari maksimal.

“Untuk menjawab tantangan ini, kuncinya terletak pada inovasi dan integrasi lintas sektor. Pengembangan energi terbarukan bukan semata urusan teknologi, tetapi juga membutuhkan kolaborasi erat antara pemerintah, akademisi, pelaku industri, dan masyarakat. Tanpa sinergi yang kuat, upaya transisi energi akan terjebak dalam solusisolusi parsial yang tidak mampu menjawab kebutuhan jangka panjang,” ungkap Prof Junus.

Pendidikan dan riset memainkan peran sentral dalam menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten. Serta mendorong lahirnya inovasi-inovasi baru di bidang energi. Investasi pada dua hal ini akan menjadi fondasi kokoh bagi masa depan energi Indonesia.

“Dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya lokal dan memperkuat sistem yang terintegrasi. Indonesia bukan hanya bisa mandiri secara energi, tetapi juga menjadi pemain penting dalam peta energi global yang lebih hijau dan berkeadilan,” tandasnya.

Prof. Dr. Ir. Dwina Moentamaria MT

Prof. Dr. Ir. Dwina Moentamaria MT, dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam ranting ilmu/kepakaran Mikrobiologi Industri. Dosen Jurusan Teknik Kimia ini mengusung pidato pengukuhan berjudul “Eksplorasi Kekayaan Tropis Indonesia: Pemanfaatan Mikroorganisme dan Enzim untuk Pangan, Energi dan Lingkungan Berkelanjutan Berbasis Teknologi Hijau.”

Menurutnya, alam telah menyediakan air, tanah, udara, flora, fauna, limbah sebagai sumber mikroorganisme dan enzim yang perlu dieksplorasi dengan baik. Mikroorganisme dapat dikembangkan secara terus menerus berkelanjutan untuk menghasilkan produk pangan,
energi, mengatasi pencemaran lingkungan.

“Teknik pengolahan data yang smart dan teknologi mekanik dan atau elektrik dapat digunakan untuk mendukung produksi yang ramah lingkungan, berbasis teknologi hijau,” ungkap Prof. Dwina Moentamaria.

Prof. Dr. Akhmad Suryadi BS MT

Prof. Dr. Akhmad Suryadi BS MT, dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam ranting ilmu/kepakaran Ilmu Rekayasa dan Material Beton. Dosen Jurusan Teknik Sipil ini mengusung pidato pengukuhan berjudul “Studi Eksperimental dan Pemodelan Artificial Neural Networks (ANNs) dalam Pengembangan Campuran Beton Seif-Compacting Concrete (SCC).”

Prof Akhmad Suryadi memberikan, dua saran untuk penelitian lanjut. Pertama, pengujian silinder beton di laboratorium perlu ditambahkan bahan-bahan dasar dari daerah lain. Bahan dasar campuran beton SCC, seperti pasir, kerikil, fly ash, semen, air, dan chemical admixture, perlu dicarikan dari daerah lain.

“Tujuannya untuk diuji laboratorium, sehingga akan memperkaya jumlah set data. Kedua, rangkaian set data perlu diuji cobakan dengan program matematik komersial yang lain,” ucap Prof Suryadi.

Prof. Akhmad Suryadi dan Prof. Rosa Andrie Asmara. (rhd)

 

Prof. DrEng. Ir. Rosa Andrie Asmara ST MT,

Prof. DrEng. Ir. Rosa Andrie Asmara ST MT, dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam ranting ilmu/kepakaran Implementasi AI pada Rekayasa Pencitraan. Dosen Jurusan Teknologi Informasi ini mengusung pidato pengukuhan berjudul “Teknologi Biometrika Wajah Sebagai Salah Satu Cara Mesin Mengenali Manusia.”

Menurutnya, rekayasa citra yang pada awalnya hanya berperan sebagai alat bantu visual, kini telah berevolusi. Menjadi sistem yang mampu memahami dan mengambil keputusan secara cerdas melalui dukungan kecerdasan buatan.

“Teknologi ini terinspirasi langsung dari mekanisme alamiah manusia, terutama dari cara kerja mata dan otak dalam melihat dan mengenali lingkungan sekitarnya. Penerapan AI dalam bidang pengenalan gambar—khususnya dalam sistem biometrika—tidak hanya meningkatkan efisiensi dan akurasi pengenalan identitas. Tetapi juga membuka ruang bagi berbagai inovasi lanjutan, termasuk pengenalan wajah, iris, sidik jari dan pola berjalan,” beber Prof Rosa, sapaan akrabnya.

Di sisi lain, perkembangan ini juga membawa tantangan etis dan teknis yang tidak dapat diabaikan. Seperti risiko privasi, penyalahgunaan data, dan ancaman teknologi manipulatif seperti deepfake.

Melalui serangkaian riset yang telah dijalani, mulai dari estimasi gerakan pada domain spasial dan temporal, pengenalan gait menggunakan Wavelet. Hingga pengembangan sistem biometrika modern berbasis deep learning dan LSTM.

“Saya percaya, penggabungan antara inspirasi dari alam, pemahaman komputasional, dan tanggung jawab etika akan menjadi fondasi penting. Untuk menghadirkan teknologi pengenalan citra yang adaptif, aman dan bermanfaat luas bagi masyarakat,” tandasnya. (rhd)

 

 

Pos terkait