Malang, SERU.co.id – Universitas Brawijaya (UB) telah mengukuhkan empat profesor baru, Selasa (22/4/2025). Di antaranya, Prof Ir Agung Sugeng Widodo ST MT PhD (FT), Prof Dr Ir Sugiarto ST MT (FT), Prof Ir Moh Sholichin MT PhD IPU ASEAN Eng APEC Eng (FT) dan Prof Dr Ir Dwi Setijawati MKes (FPIK). Keempat profesor tersebut berhasil menciptakan berbagai inovasi, seperti inovasi pengelasan hingga pengelolaan sungai berkelanjutan.
Prof Ir Agung Sugeng Widodo ST MT PhD
Prof Ir Agung Sugeng Widodo ST MT PhD merupakan profesor ke-31 dari Fakultas Teknik (FT). Ia menjadi profesor ke-421 di Universitas Brawijaya.
Prof Agung merupakan profesor baru dalam bidang Ilmu Energi dan Pembakaran Gas pada FT UB. Agung menawarkan konsep I-SMS (Inovasi Selubung Material dan Sirip), sebuah reflector panas bersirip yang berfungsi menangkap dan memantukan kembali panas dari kompor konvensional, untuk efisiensi termal.
Agung menjelaskan, jarak antara selubung dan loading mempengaruhi efisiensi gas. Hal tersebut diketahui berdasarkan studi sebelumnya.
“Studi sebelumnya menunjukkan bahwa reflektor panas atau penutup memiliki kemampuan untuk meningkatkan efisiensi kompor LPG. Berbagai material dan dimensi reflektor dilaporkan menghasilkan tingkat peningkatan yang berbeda. Selain itu, sifat reflektif material juga mempengaruhi kemampuannya untuk memantulkan panas,” ujarnya.
I-SMS membuktikan, penambahan selubung dengan material dan konfigurasi tertentu pada sistem pemanasan air dapat menaikan efisiensi sebesar kurang lebih 8 persen. Karena proses penangkapan dan pemantulan panas yang terisolasi di dalam selubung. Konsep ini tidak hanya menambahkan material ke dalam sistem, tetapi jupa menerapkan sirip dengan sudut tertentu untuk menghasilkan efisiensi maksimal.
Agung menegaskan, meski sistem menjadi lebih kompleks dan memerlukan perawatan lebih intensif, inovasi ini merupakan terobosan signifikan dalam efisiensi energi. Dengan I-SMS, dapat mengurangi pemborosan energi, meningkatkan performa pemanasan dan menghadirkan solusi lebih ramah lingkungan.
Prof Dr Ir Sugiarto ST MT
Prof Dr Ir Sugiarto ST MT merupakan profesor ke-32 dalam bidang ilmu Teknik Material dan Manufaktur FT UB. Ia juga menjadi profesor ke-432 yang dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.
Prof Sugiarto mengangkat inovasi peran teknologi Electromagnetic Force (EMF) dalam meningkatkan kualitas sambungan las. Teknologi ini memungkinkan peningkatan gaya elektromagnetik tanpa memperbesar arus las, sehingga memperbaiki struktur sambungan dan mengurangi cacat las.
“Memperbesar gaya elektromagnetik menyebabkan logam cair bergerak lebih cepat dan proses pengadukan logam las cair lebih efektif. Dampaknya suhu puncak dan laju pendinginan semakin turun, porositas dan cacat las semakin berkurang, struktur las semakin homogen. Kemudian unmixed zone (UMZ) dan kampuh las semakin sempit dan dalam, serta kekuatan mekanik sambungan las meningkat,” bebernya.
Ia menekankan, teknologi ini paling efektif untuk logam feromagnetik. Meski demikian, teknologi EMF memiliki kekurangan, yaitu hanya efektif diaplikasikan pada logam feromagnetik dan memungkinkan terjadi pembelokan arah busur las.
Prof Ir Moh Sholichin MT PhD IPU ASEAN Eng APEC Eng
Prof Ir Moh Sholichin MT PhD IPU ASEAN Eng APEC Eng dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke-33 di FT UB. Ia juga menajadi Profesor ke-423 yang dihasilkan sepanjang sejarah UB.
Sholichin menggagas inovasi konsep SMART-UB (Sustamable Mirigation Approach for River Transformation, Utilization and Balance). Konsep ini terbukti efektif untuk mengelola sungai berkelanjutan, dengan mitigasi untuk mengurangi dampak negatif akibat peningkatan beban pencemaran.
“Konsep SMART-UB menawarkan pendekatan yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan tata guna lahan. Konsep ini diujikan di Sungai Brantas, yang menunjukkan efektivitas dalam menekan tingkat pencemaran dan meningkatkan efisiensi pengelolaan sumber daya air,” ungkapnya.
Ia menuturkan, pengaplikasian konsep SMART-UB perlu dibarengi dengan pengoptimalan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). IPAL merupakan sistem atau fasilitas yang dirancang untuk mengolah air limbah menjadi lebih bersih sebelum dibuang ke lingkungan.
“Semua industri harus ada IPAL. Di negara maju ada IPAL Komunal, jadi kalau sudah sesuai mutu standar baru boleh dibuang ke sungai. Kondisi tersebut sangat berbeda dengan di negara kita yang langsung membuang limbah ke sungai, sehingga perlu peran bersama,” pungkasnya.
Prof Dr Ir Dwi Setijawati MKes
Prof Dr Ir Dwi Setijawati MKes dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke-26 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK). Ia menjadi Profesor aktif ke-246 di UB serta menjadi Profesor ke-424 yang telah dihasilkan oleh UB.
Prof Dwi menggagas Model Proses ‘Cosi Promikap-UB’, suatu inovasi produk mikrokapsul probiotik Lactobacillus acidophilus. Dengan pemodelan menggunakan bahan rumput laut jenis Eucheuma sp.
“Proses emulsifikasi dan foam-mat drying menghasilkan produk yang praktis, stabil, dan efektif diaplikasikan pada produk pangan maupun non-pangan. Model ini juga didukung dengan pendekatan kecerdasan buatan (AI) untuk analisis data dan proses formulasi lanjutan,” urainya.
Dwi memaparkan, inovasi biokomposit berbasis rumput laut Bucheuma sp dan sumber daya perikanan kelautan menunjukkan potensi besar sebagai bahan baku berkelanjutan. Kandungan bioaktif serta sifat fisikokimia rumput laut menjadikannya kandidat ideal dalam formulasi biokomposit yang ramah lingkungan.
Selain itu, inovasi ini dinilai strategis dalam mendukung pembangunan Blue Economy. Pasalnya, pendekatan ini mampu mengoptimalkan nilai tambah sumber daya lokal yang inovatif dan efisien, sehingga memperkuat daya saing produk berbasis kelautan. (ws13/rhd)