Perdana Digelar di Indonesia, FK UB Gelar ATS Bahas Inovasi Telemedicine dan AI

Perdana Digelar di Indonesia, FK UB Gelar ATS Bahas Inovasi Telemedicine dan AI
FK UB sukses gelar ASEAN Telemedicine Symposium (ATS) ke-18. (foto: ist)

Malang, SERU.co.id Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK UB) sukses menggelar ASEAN Telemedicine Symposium (ATS) ke-18, Jumat (21/2). Untuk pertama kalinya, acara bergengsi ini diadakan di Indonesia, mengusung tema ‘Revolutionizing Healthcare: The Synergy of Telemedicine and Artificial Intelligence in Modern Medicine’. Simposium ini mempertemukan perwakilan dari 32 negara Asia guna membahas inovasi telemedicine dan kecerdasan buatan (AI) dalam dunia medis.

Wakil Dekan Bidang Akademik FK UB, Prof dr Mohammad Saifur Rohman menegaskan, pentingnya sinergi antara telemedicine dan AI dalam meningkatkan layanan kesehatan. Terutama di Indonesia yang merupakan negara kepulauan. Ia juga mendukung visi rektor menjadikan UB sebagai pusat pengembangan AI di tingkat nasional maupun internasional.

Bacaan Lainnya

“FK UB telah memiliki beberapa produk berbasis AI yang dapat disebarluaskan sebagai bentuk kontribusi kami terhadap inovasi teknologi kesehatan,” seru Prof. Saifur.

Acara ini diikuti 32 negara Asia. (foto: ist)

Ketua pelaksana acara, dr Holipah menambahkan, perkembangan telemedicine di Indonesia baru mengalami lonjakan signifikan setelah pandemi COVID-19. Meskipun telah lama diterapkan di berbagai negara. Simposium ini menjadi wadah berbagi pengalaman internasional dan membuka peluang kerja sama antarnegara dalam bidang kesehatan digital.

Dalam simposium ini, diperkenalkan berbagai teknologi telemedicine. Memungkinkan pasien berkonsultasi dengan dokter melalui aplikasi, telepon, atau video conference tanpa harus datang langsung ke rumah sakit. Teknologi ini menjadi solusi bagi wilayah-wilayah terpencil di Indonesia yang sulit mengakses layanan medis.

Baca juga: Layanan Telemedicine Bisa Diakses di Jawa Timur

Salah satu inovasi yang mendapat sorotan adalah pemanfaatan AI dalam mendeteksi penyakit menular seperti malaria dan scabies melalui smartphone. Dengan algoritma cerdas, AI dapat menganalisis gambar yang diunggah oleh pengguna dan memberikan diagnosa awal secara cepat serta akurat.

Prof. Saifur juga memperkenalkan aplikasi Detak C, mengombinasikan AI dan telekonsultasi jarak jauh untuk mendeteksi penyakit jantung lebih dini. Aplikasi ini membantu masyarakat membedakan nyeri dada akibat serangan jantung atau kondisi lainnya. Serta secara otomatis merujuk pasien ke rumah sakit dengan layanan kateterisasi jantung terdekat.

Baca juga: UB Launching AI Center, Kolaborasi Riset Multidisiplin dalam Meningkatkan Kualitas Penelitian

“Penanganan pasien serangan jantung idealnya dilakukan dalam waktu enam jam agar peluang keselamatan lebih tinggi. Dengan Detak C, waktu rujukan dapat dipersingkat, sehingga meningkatkan angka kesembuhan pasien,” jelasnya.

Selain itu, teknologi AI juga mulai diterapkan dalam bidang oftalmologi. Dr Hera, seorang ahli mata, memaparkan cara AI dapat mendeteksi katarak lebih cepat dan akurat. Sementara itu, dr Brigita, seorang spesialis anak, membahas manfaat AI dalam meningkatkan diagnosis penyakit pada anak.

Peserta simposium, terdiri dari dokter, tenaga kesehatan, pakar telemedicine dan ahli IT juga membahas aspek keamanan data medis dalam layanan konsultasi jarak jauh. Seiring dengan berkembangnya telemedicine, perlindungan informasi pasien menjadi perhatian utama untuk mencegah penyalahgunaan data medis.

Tak hanya itu, teknologi operasi jarak jauh menggunakan robot (robotic surgery) juga menjadi topik diskusi menarik. Meskipun telah diterapkan di beberapa negara maju, Indonesia masih dalam tahap awal pengembangannya. Teknologi ini memungkinkan dokter melakukan operasi dari jarak jauh dengan bantuan robot canggih, membuka peluang bagi layanan bedah lebih presisi dan efisien.

“UB berkomitmen terus mengembangkan teknologi kesehatan berbasis AI dan telemedicine agar dapat bersaing di kancah internasional. Simposium ini menjadi langkah awal dalam membangun ekosistem kesehatan digital yang lebih modern, efisien dan inklusif bagi seluruh masyarakat Indonesia,” pungkasnya. (aan/ono)

Pos terkait