Malang, SERU.co.id – Inflasi Kota Malang pada Oktober 2024 masih terkendali dalam batas sasaran yang ditetapkan meski beberapa harga naik. Hal ini merupakan hasil koordinasi kuat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Malang dan Bank Indonesia (BI) Malang dalam menjaga stabilitas harga.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Malang, Febrina menyatakan, tekanan inflasi di Kota Malang masih terkendali. Hal ini terjadi karena pengendalian inflasi di Kota Malang terus dilakukan secara intensif.
“Sinergi TPID dan Bank Indonesia menjadi kunci dalam menjaga inflasi tetap terkendali,” seru Febrina, sapaannya dalam keterangan resminya kepada SERU.co.id
Febrina menjelaskan, langkah-langkah pengendalian inflasi dilakukan melalui sidak pasar untuk memantau harga di pasar tradisional dan modern. Selain itu, pemantauan stok beras di gudang Bulog juga dilakukan untuk memastikan ketersediaan pangan pokok.
Baca juga: Gelar SYIAR di Ponpes Nurul Jadid, KPw BI Malang Dorong Literasi Ekonomi Syariah dan Digitalisasi
Selain sidak pasar, TPID juga bekerja sama dengan Universitas Brawijaya (UB) dan Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang. Dalam penyaluran bibit cabai kepada kelompok urban farming. Program ini bertujuan untuk meningkatkan produksi cabai dan mengurangi tekanan harga.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada Oktober 2024 menunjukkan inflasi bulanan sebesar 0,20 persen (mtm). Angka ini mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar -0,14 persen (mtm).
Baca juga: Dorong Pengembangan UMKM, Kantor Perwakilan BI Malang Gelar MBF 2024
Secara tahunan, inflasi di Kota Malang tercatat sebesar 1,53 persen (yoy) dan 0,65 persen (ytd). Meski mengalami kenaikan, inflasi tahunan ini masih berada dalam rentang sasaran inflasi sebesar 2,5 ± 1 persen.
“Inflasi periode Oktober 2024, terutama dipengaruhi kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Kelompok ini memberikan andil sebesar 0,10 persen (mtm) terhadap inflasi,” terang Febrina.
Baca juga: Sosialisasi Cinta Bangga Paham Rupiah, CBP Championship BI Malang Bidik Gen Z
Kelompok lain yang juga menyumbang inflasi adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,07 persen (mtm). Penyediaan makanan dan minuman atau restoran dengan andil 0,04 persen (mtm). Kelompok pakaian dan alas kaki serta kesehatan masing-masing berkontribusi sebesar 0,02 persen (mtm).
Dari sisi komoditas, inflasi dipicu oleh kenaikan harga emas perhiasan, daging ayam ras, tomat, Sigaret Kretek Mesin (SKM), dan bawang merah. Emas perhiasan memberikan kontribusi terbesar dengan andil sebesar 0,07 persen.
Baca juga: BI Malang Sinergi Penguatan Ketahanan Pangan dan Capacity Building bersama TPID Sulawesi Utara
Kenaikan harga emas dipengaruhi oleh meningkatnya harga emas dunia, sementara kenaikan harga daging ayam ras disebabkan naiknya harga pakan unggas. Adapun harga Sigaret Kretek Mesin naik karena penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT).
Sementara itu, kenaikan harga tomat dan bawang merah terjadi akibat penurunan pasokan setelah masa panen. Berkurangnya pasokan ini mendorong harga tomat dan bawang merah naik di pasaran.
Baca juga: BI Malang: Keyakinan Konsumen pada Kondisi Ekonomi di Level Optimis
Di sisi lain, inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi pada komoditas bensin, cabai merah, jagung manis, kentang, dan beras. Bensin mengalami deflasi sebesar -0,06 persen, karena adanya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi.
Penurunan harga cabai merah, kentang, dan jagung manis, disebabkan pasokan yang stabil didukung oleh musim panen yang masih berlangsung. Beras juga terpantau cukup stabil berkat panen gadu di berbagai sentra produksi.
BI Malang akan terus memperkuat sinergi kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif) akan tetap menjadi prioritas untuk menjaga inflasi tetap berada dalam rentang sasaran. (ws12/rhd)