Membedah Sejarah Makara dan Prasasti Dinoyo II, Koleksi Museum Mpu Purwa Kota Malang

Membedah Sejarah Makara dan Prasasti Dinoyo II, Koleksi Museum Mpu Purwa Kota Malang
Kepala Disdikbud Kota Malang, Suwarjana SE MM, saat memberikan sambutan Seminar Koleksi Museum Mpu Purwa 2024. (foto:rhd)

Malang, SERU.co.id – Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) menggelar Seminar Koleksi Museum Mpu Purwa 2024, membedah sejarah Makara dan Prasasti Dinoyo II. Sebagai bentuk literasi sejarah Makara dan Prasasti Dinoyo II kepada para guru, siswa hingga masyarakat luas, untuk melestarikan kekayaan budaya dan nilai sejarah Kota Malang.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Suwarjana SE MM menegaskan, dalam era yang dipenuhi oleh media sosial, belajar sejarah seringkali terabaikan. Padahal pemahaman akan sejarah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pemahaman identitas suatu kota atau bangsa. Harapannya, peran peserta seminar untuk menyampaikan literasi sejarah kepada masyarakat dan anak didik.

Bacaan Lainnya

“Karena zaman berubah dengan adanya medsos, anak-anak malah tak mau belajar (sejarah) itu. Sayang kalau anak-anak, pelajar tidak mau belajar sejarah. Nanti akan matang sebelum waktunya,” seru Suwarjana, saat membuka Seminar Koleksi Museum Mpu Purwa 2024, Rabu (29/5/2024).

Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Malang, Juli Handayani, menjawab pertanyaan awak media. (foto:rhd)

Museum Mpu Purwa memiliki koleksi masterpiece yang lengkap dan memadai untuk mendukung pembelajaran sejarah. Namun, masih banyak anak-anak yang belum tersentuh oleh pesona sejarah. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengajak mereka lebih dekat dengan museum dan konten sejarah yang disajikan.

“Salah satu harapan dari seminar ini, adanya penjadwalan kunjungan rutin sekolah ke museum. Sehingga diharapkan dapat membangkitkan minat belajar sejarah pada anak-anak. (Rencananya) akan kita mulai saat memasuki tahun ajaran baru,” terang Suwarjana.

Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Malang, Juli Handayani menyampaikan, seminar ini menjadi momen tahunan yang dinanti-nanti. Dengan topik beragam setiap tahunnya, peserta diharapkan menjadi duta yang dapat menginspirasi minat belajar sejarah pada pelajar.

“Seminar ini tidak hanya memberikan pemahaman lebih dalam tentang artefak sejarah. Tetapi juga mengajak peserta untuk lebih menghargai dan melestarikan warisan budaya yang dimiliki oleh Kota Malang,” ucap Juli, sapaan akrabnya.

Rakai Hino Galeswangi menunjukkan Prasasti Dinoyo II, yang terletak di Museum Mpu Purwa lantai 2 Kota Malang. (foto: ws11)

Harapannya, pembahasan yang mendalam tentang Makara dan Prasasti Dinoyo II dalam Seminar Koleksi Museum Mpu Purwa 2024. Masyarakat lebih memahami kekayaan budaya Kota Malang yang terkandung dalam dua masterpiece artefak bersejarah tersebut.

Selain itu, adanya koleksi musik lengkap dengan gamelan, wayang, dan sebagainya di Museum Mpu Purwa menjadi nilai tambah. Karena dapat memperkaya pengalaman belajar para pengunjung, termasuk murid-murid sekolah.

“Semakin banyak kunjungan, semakin baik pula pemanfaatan museum sebagai sumber pengetahuan sejarah,” tegasnya.

Sebagai informasi, Seminar Koleksi Museum Mpu Purwa 2024 diikuti oleh 350 peserta kalangan guru SD, SMP, SMA dan SMK. Kegiatan berlangsung di Museum Mpu Purwa, selama dua hari, Rabu-Kamis (29-30/5/2024). Terbagi hari pertama 175 peserta dari kalangan guru SMP, SMA dan SMK serta masyarakat umum. Hari kedua diikuti 175 guru SD yang tersebar di wilayah Kota Malang.

Seminar Koleksi Museum Mpu Purwa 2024 menghadirkan Ahli Sejarah, Rakai Hino Galeswangi, sebagai narasumber seminar. Menurut Rakai Hino, Makara sebagai salah satu bentuk seni yang mengagumkan, menjadi fokus utama dalam pengkajian. Makara terdiri dari dua pasang benda, menggambarkan penyatuan berbagai hewan mitologi, seperti ikan, gajah, singa dan naga.

Masterpiece Makara memiliki nomor inventaris 90 dan 91 Kota Malang ini berbahan dasar batu andesit. Hal ini menjadi saksi bisu kejayaan seni dan kepercayaan pada masa lalu.

“Makara ini menjadi penghias pintu masuk bangunan, dimana dalam kisahnya ada nilai religi yang berhubungan dengan ajaran Hindu-Budha. Makara yang ada di Museum Mpu Purwa ini ditemukan di Nggandul Njoyo Merjosari,” ucap Reno, sapaan akrabnya di beberapa kalangan tertentu.

Makara yang terletak di pintu masuk Museum Mpu Purwa Kota Malang. (foto:ws11)

Selain itu, masterpiece Prasasti Dinoyo II juga menjadi bahan kajian yang menarik. Prasasti ini terbuat dari batu andesit abu-abu kehitaman. Dengan ukuran yang mengesankan, meskipun sebagian huruf sulit terbaca karena ausnya batu. Namun prasasti ini masih memberikan informasi berharga mengenai sejarah dan kehidupan masyarakat pada masa lampau.

“Prasasti Dinoyo II tersebut ada hubungannya dengan cikal bakal Kota Malang, sekaligus cikal bakal kerajaan. Kota Malang ini memiliki kerajaan besar, orang tahunya Malang itu Kerajaan Singhasari, padahal jauh sebelum itu juga ada Kerajaan Kanjuruhan. Dan kita ketahui juga Dinoyo pernah menjadi ibu kota Kerajaan Kanjuruhan,” terangnya.

Adapun teknik penulisan huruf pada Prasasti Dinoyo II dilakukan dengan sangat hati-hati, melingkupi tiga bidang permukaan batu. Meskipun beberapa bagian sulit terbaca karena kerusakan, namun penanggalan dan isi prasasti masih dapat dipahami dengan baik.

Bentuk huruf pada Prasasti Dinoyo II mengacu pada huruf Jawa Kuno dengan model ramping yang miring ke kanan. Mirip dengan bentuk huruf yang digunakan prasasti-prasasti pada masa Mataram kuno hingga abad IX-X M. Hal ini menunjukkan kedalaman budaya tulisan pada masa itu, yang juga menjadi bukti kecanggihan masyarakat masa lalu. (ws11/rhd)

Pos terkait