Sastro Wasiyo CJH Tertua Kota Malang Usia 94 Tahun Berhaji Tanpa Belahan Jiwa

Sastro Wasiyo CJH Tertua Kota Malang Usia 94 Tahun Berhaji Tanpa Belahan Jiwa
CJH Tertua Kota Malang, Sastro Wasiyo atau Mbah Sastro saat ditemui di rumahnya. (ws13/mzm)


Malang, SERU.co.id – Sastro Wasiyo merupakan Calon Jemaah Haji (CJH) tertua di Kota Malang tahun 2025. Memasuki usia 94 tahun, pria yang akrab disapa Mbah Sastro itu bersemangat dan siap pergi haji meski tanpa belahan jiwa.

Mbah Sastro mengungkapkan, dirinya merasa senang bisa mendapatkan kesempatan haji tahun ini. Usianya tidak muda lagi, bahkan rekan-rekan seusainya sudah banyak yang meninggal dunia.

Bacaan Lainnya

“Usia saya 94 tahun, Alhamdulillah masih diberikan kesehatan. Keinginan saya akhirnya terkabul, meski tanpa mbah putri (sang istri, red), karena sudah lama meninggal dunia,” seru Mbah Sastro, saat ditemui di kediamannya di Kelurahan Gadang, Selasa (20/5/2025).

Mbah Sastro merupakan CJH dalam rombongan kloter 77 yang dijadwalkan berangkat ke Tanah Suci tanggal 23 Mei 2025. Kepada awak media, Mbah Sastro mengaku tidak ada rasa cemas sama sekali.

“Saya sudah pernah umroh tahun 2015. Saat itu berangkat umroh bersama anak mbarep (pertama, red) dan pertama kali pergi ke Tanah Suci,” ungkapnya.

Pria kelahiran Kabupaten Ngawi itu mengatakan, sudah mengikuti serangkaian tes kesehatan. Tidak ada keluhan apapun, ia masih sanggup berdiri dan berjalan meski perlahan-lahan.

“Saya tidak minum obat apapun. Karena menurut saya, perasaan senang itu yang membuat saya sehat dan bersemangat,” ujarnya.

Mbah Sastro mengucapkan syukur, akhirnya bisa segera berhaji. Itu setelah enam tahun lamanya menanti giliran.

“Saya menunggu sudah enam tahun. Kira-kira tahun 2019 anak saya mendaftarkan haji dan besok akan berangkat bersama anak kelima,” katanya.

Putra kelima Mbah Sastro, Suparyono mengisahkan, kedua orang tuanya sejak lama ingin menunaikan ibadah haji. Namun ternyata, ibunya sudah lebih dulu dipanggil Sang Khalik.

“Ibu saya sudah lama meninggal dunia. Akhirnya kami urunan untuk memberangkatkan bapak pergi haji. Itu sudah biaya dari anak-anaknya dan ada juga bantuan dari cucu,” bebernya.

Suparyono bersyukur, sang bapak dinyatakan istitoah dan bisa berangkat haji. Menurutnya, bukan tanpa sebab sang bapak masih sehat dan bugar.

“Dulu, beliau rajin bertani sewaktu masih tinggal di Ngawi. Sudah biasa bekerja keras dan terkena panas terik matahari,” jelasnya.

Ia berharap, perjalanannya haji bersama sang bapak berlangsung lancar. Apalagi sudah mengikuti berbagai tes kesehatan dan hasilnya baik.

“Pendengarannya juga masih normal. Waktu istitoah juga ada tes demensia, beliau masih ingat semua, masih normal,” tandasnya. (ws13/mzm)

Pos terkait