Malang, SERU.co.id – Universitas Brawijaya (UB) mengukuhkan empat profesor baru, di Gedung Samantha Krida, Selasa (16/1/2024). Keempat guru besar tersebut merupakan tiga profesor dari Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) dan satu profesor dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA). Semua guru besar kali ini membahas tentang pangan.
Di antaranya Prof Andriani Kusumawati SSos MSi DBA (FIA), Prof Dr Agustin Krisna Wardani STP MSi (FTP), Prof Dr Ir Endah Rahayu Lestari MS (FTP) dan Prof Dr Sucipto STP MP (FTP).
Prof Andriani Kusumawati SSos MSi DBA
Prof Andriani Kusumawati SSos MSi DBA, dikukuhkan sebagai Profesor aktif ke-13 di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) dan ke-202 di UB. Serta Profesor ke-363 dari seluruh Profesor yang dihasilkan UB.
Prof Andriani Kusumawati SSos MSi DBA dikukuhkan sebagai Profesor bidang Ilmu Pemasaran pada Fakultas Ilmu Administrasi (FIA). la membuat konsep Food Selfie-posting Citizenship Behavior untuk mempromosikan city branding melalui wisata gastronomi di era digital.
Menurut Prof Andriani, peran ekstra dan sukarela dari konsumen dengan budaya food selfie-posting perlu dimanfaatkan ke arah yang positif untuk mempromosikan dan memposisikan diri sebagai bagian dari city branding. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan value dan experience dari makanan, serta masakan populer yang dimiliki merupakan bagian dari identitas budaya.
“Namun, masih sedikit perhatian dalam konteks wisata gastronomi yang mengkaji food selfie-posting citizenship behavior yang berdampak positif bagi orang lain. Khususnya membantu perusahaan, serta tidak hanya menonjolkan sisi negatif secara individual konsumen itu sendiri. Seperti narsisme, eksibisionisme dan self-esteem,” seru Prof Andriani.
Baca juga: Universitas Brawijaya dan Asosiasi Museum Indonesia Daerah Luncurkan Buku Cerita Bergambar
Oleh karena itu, dengan menekankan value co-creation antara konsumen dan perusahaan, Prof. Andriani berupaya menjembatani kesenjangan tersebut. Dengan mengajukan model kolaborasi konsep food selfie-posting behavior melalui media sosial dengan konsep customer citizenship behavior. Pada konteks wisata gastronomi yang diberi nama Food Selfie-posting Citizenship Behavior (FSPCB).
Model ini nantinya akan membantu pihak-pihak yang terlibat dalam memasarkan pariwisata dan mem-branding kotanya. Dengan menonjolkan sisi unik destinasinya melalui gastronomi yang disajikan untuk menarik lebih banyak kunjungan wisatawan.
Kelemahan gagasan ini, yaitu penerapannya membutuhkan kesesuaian industri yang digunakan, meskipun dimungkinkan model ini diterapkan pada bentuk wisata yang lain. Selain gastronomi ataupun industri yang lain selain pariwisata.
“Hal ini membutuhkan beberapa penyesuaian terhadap implementasinya karena setiap industri memiliki ciri unik yang berbeda,” tandasnya.